Bisnis.com, JAKARTA--PT Arkadia Digital Media Tbk. resmi go public di Bursa Efek Indonesia. Bagaimana kinerja perusahaan portal online dan penyedia konten multimedia itu?
Merujuk data yang dipublikasikan BEI, emiten anyar berkode saham DIGI itu didirikan pada 6 Maret 2012. Kini, DIGI resmi tercatat sebagai emiten baru ke-36 yang listing di BEI sepanjang tahun berjalan 2018.
Saat ini, jajaran Dewan Komisioner Arkadia Digital Media diduduki oleh Stephe K. Sulistyo, Ariyono Ali Suprapto, dan Iwa Sukresno Karunia. Adapun, Dewan Direksinya diisi oleh Wiliam Martaputra, Fastabiqul Khair Algatot, dan Suwarjono.
Dalam IPO yang ditangani oleh PT Danatama Makmur Sekuritas sebagai lead underwriter, DIGI melepas 150 juta saham ke publik pada harga pelaksanaan Rp200 per saham. Maka, perseroan mengantongi dana hasil initial public offering (IPO) senilai Rp30 miliar.
Setelah IPO, DIGI mencatatkan 325 juta saham termasuk saham pemilik perusahaan di BEI. Dengan demikian, total kapitalisasi pasar DIGI mencapai Rp65 miliar.
Dana hasil IPO rencananya akan digunakan 30% untuk pengembangan infrastruktur dan hardware anak usaha, 60% pengembangan platform dan software anak usaha, serta sisanya 20% belanja modal perusahaan dan anak usaha.
Saat ini, Arkadia Digital Media mengelola sejumlah portal online, seperti Suara.com, Matamata.com, Hitekno.com, Mobimoto.com, Dewiku.com, Bolatimes.com, Himedik.com, dan Guideku.com.
Dari sisi finansial, DIGI mencatatkan kenaikan nilai aset dalam 3 tahun terakhir. Pada 2015, asetnya tercatat Rp8,08 miliar, lalu naik menjadi Rp13,25 miliar pada 2016 dan Rp16,12 miliar pada 2017. Namun, per 31 Maret 2018, total aset DIGI susut menjadi Rp13,52 miliar.
Adapun, total liabilitasnya sepanjang 2015--Maret 2018 tercatat senilai Rp16,89 miliar pada 2015, Rp8,55 miliar pada 2016, Rp10,41 miliar pada 2017, dan Rp2,71 miliar pada akhir Maret 2018.
Di sisi lain, raihan pendapatan DIGI cenderung naik turun. Pada 2015, nilainya tercatat Rp23,9 miliar, lalu naik menjadi Rp32,7 miliar pada 2016, tetapi turun menjadi Rp27,87 miliar pada 2017.
Sepanjang kuartal I/2018, DIGI baru mengantongi pendapatan senilai Rp6,8 miliar. Pendapatan itu bersumber dari segmen jasa konten dan portal online 98,9% atau Rp6,73 miliar dan jasa desain 1,07% atau Rp73 juta.
Dalam 3 tahun terakhir, profitabilitas DIGI baru mulai positif sejak 2016. Kala itu, rugi berjalan 2015 yang tercatat Rp413,66 juta berbalik laba Rp1,48 miliar.
Tren laba periode berjalan berlanjut kendati nilainya tidak sebesar yang dibukukan pada 2016. Pada 2017, laba DIGI tercatat Rp516,52 juta dan pada kuartal I/2018 senilai Rp159,98 juta.
Saat ini, saham DIGI resmi tercatat di papan pengembangan BEI sektor perdagangan, jasa, dan investasi dan subsektor jasa & komputer. Rerata rasio harga per laba (price earnings ratio/PER) di sektor dan subsektor tersebut tercatat masing-masing 4,95% dan 15,36%.
Lantas, apakah tertarik untuk mengoleksi DIGI dalam portofolio saham Anda?