Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan pembiayaan PT Pool Advista Finance menargetkan dapat membukukan peningkatan laba bersih hingga 150% pada tahun depan setelah memperoleh tambahan modal dari penawaran umum perdana saham pada kuartal keempat tahun ini.
Raden Ari Priyadi, Direktur Pool Advista Finance (PAF), mengatakan bahwa perseroan berencana untuk melepas saham baru setara 23% dari modal ditempatkan dan disetor setelah penawaran umum perdana. Namun, nilai tersebut masih bisa berubah sebab masih akan didiskusikan lebih lanjut.
Hingga Juli lalu, perseroan sudah memiliki total aset senilai Rp325 miliar dengan utang hanya Rp40 miliar. Perseroan menargetkan setelah penawaran umum perdana saham atau initial public offering/IPO ini aset perseroan akan berkembang antara Rp450 miliar hingga Rp500 miliar tahun 2019.
“Untuk mencapai target aset itu, akan ada penambahan utang bank sekitar Rp70 miliar, sisanya dari IPO,” katanya saat ditemui usai melakukan mini expose dengan direksi Bursa Efek Indonesia, Kamis (13/9/2018).
Ari mengatakan, hingga Juli tahun ini, perseroan sudah berhasil membukukan laba bersih sekitar Rp25 miliar. Dirinya optimistis, hingga akhir tahun ini laba bersih perseroan akan bisa mencapai Rp35 miliar. Nilai ini meningkat 21% dibandingkan capaian laba tahun lalu Rp29 miliar.
Menurutnya, proses IPO perseroan dapat selesai hingga tercatat di bursa pada November tahun ini. Dengan demikian, efek peningkatan modal perseroan baru akan signifikan terasa pada tahun depan. Dirinya optismistis pertumbuhan laba pada 2019 akan menembus 150%.
Meskipun tahun depan akan diwarnai situasi politik yang memanas karena pemilu presiden, dirinya menilai peluang bisnis pembiayaan masih terbuka asalnya perusahaan bisa melakukan mitigasi risiko. PAF, misalnya, memutuskan untuk tidak menyalurkan pembiayaan kepada pihak-pihak yang terkait dengan partai politik.
“Kami optismis dengan target ini karena kami memang harus agresif. Kami masih ada beberapa pipeline yang harus dikejar. Target kami aset bisa Rp500 miliar tahun depan, sehingga pertumbuhan laba yang tinggi harus bisa dicapai,” katanya.
Saat ini, perseroan fokus pada pembiayaan sektor produktif untuk modal kerja dan investasi. Porsinya mencapai 67% dari total pembiayaan perseroan per Juli. Fokus perseroan ini telah bergeser dari sebelumnya pada sektor pembiayaan kendaraan bermotor.
Tingkat non performing finance perseroan hanya 0,05% per Juni, jauh di bawah persyaratan maksimal OJK 5%.
Ari mengatakan, bisnis pembiayaan secara umum mengalami tekanan kuat pada 2013-2015. Kalangna perbankan pun semakin selektif dalam menyalurkan pinjaman kepada perusahaan pembiayaan, sehingga sulit untuk berekspansi.
Di sisi lain, persyaratan penerbitan surat utang pun jauh lebih ketat saat ini. Oleh karena itu, perseroan menilai IPO merupakan pilihan yang paling tepat untuk meningkatkan kinerja bisnis. Dalam proses IPO ini, perseroan menunjuk Artha Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi.