Bisnis.com, JAKARTA – Dolar AS meneruskan penguatan karena para investor terus menaruh dolar AS sebagai aset safe-haven di tengah perang dagang global dan penurunan pada seluruh mata uang emerging market, bersamaan dengan dolar Australia yang berhenti melemah setelah bank sentralnya menahan kenaikan suku bunganya.
Ketakutan akan perlambatan pertumbuhan global karena kebijakan perlindungan “America First” dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah membuat pasar panik sepanjang tahun ini.
Pada Sabtu (1/9), Trump mengatakan tidak perlu mempertahankan Kanada dalam Pakta Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) dan memperingatkan Kongres agar tidak mencampuri urusan diskusi pengubahan NAFTA atau dia akan menghentikan pakta dagang trilateral itu.
“Sepertinya dolar AS terbantu oleh kenaikan suku bunga, dan yen, salah satu mata uang yang juga menjadi haven, terdorong oleh ketidakpastian di seluruh dunia,” ujar Masafumi Yamamoto, Kepala Strategi Mata Uang Mizuho Securities, dilansir dari Reuters, Selasa (4/9/2018).
Pada Selasa (4/9) pukul 15.00 WIB, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback di hadapan enam mata uang utama, tercatat mengalami kenaikan 0,33% menjadi 95,47 poin dan mendekati level tertinggi sejak 27 Agustus.
Status dolar AS sebagai aset mata uang dunia cenderung menarik perhatian petaruh safe-haven saat ada kekacauan pasar dan tensi politik.
Kurs dolar Australia tercatat menguat 0,51% atau 0,007 poin menjadi 1,39 dolar Australia per dolar AS dan menguat 8,7% secara year-to-date (ytd), setelah bank sentral Australia memutuskan untuk menahan suku bunganya pada 1,5%.
Dolar Australia sempat naik 0,3% setelah keputusan terkait dengan suku bunga tersebut, membawanya menjauh dari level terendahnya selama 20 bulan di posisi US$0,71 per dolar Australia pada sesi sebelumnya.
Kemudian, euro tercatat menguat 0,43% atau 0,003 poin menjadi 0,88 euro per dolar AS dan menguat 3,78% selama 2018. Euro sempat melemah 0,15% pada posisi US$1,16 per euro.
Data yang dirilis pada Senin (3/9) menunjukkan pertumbuhan manufaktur di zona euro melambat ke titik terendah selama dua tahun pada Agustus karena kekhawatiran akan perang dagang global.