Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Korsel Tumbuh Lebih Lambat, Indeks Kospi Justru Ditutup Rebound

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Kospi ditutup menguat 0,38% atau 8,69 poin ke level 2.315,72, setelah juga dibuka rebound dengan penguatan 0,08% atau 1,93 poin kelevel 2.308,96.
Bursa Korea Kospi/Reuters
Bursa Korea Kospi/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Kospi Korea Selatan ditutup rebound pada akhir perdagangan hari ini, Selasa (4/9/2018).

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Kospi ditutup menguat 0,38% atau 8,69 poin ke level 2.315,72, setelah juga dibuka rebound dengan penguatan 0,08% atau 1,93 poin kelevel 2.308,96.

Adapun pada perdagangan kemarin, Senin (3/9/2018), indeks Kospi ditutup di zona merah dengan pelemahan 0,68% atau 15,85 poin ke level 2.307,03.

Sebanyak 403 saham menguat, 303 saham melemah, dan 74 saham stagnan dari 780 saham yang diperdagangkan di indeks Kospi pada akhir perdagangan hari ini.

Saham KR Motors Co. Ltd. yang menguat 2,5% dan Hanil Cement Co. Ltd. yang menguat 3,69% berada di antara deretan saham yang menopang pergerakan indeks Kospi hari ini.

Sementara itu, ekonomi Korea Selatan tumbuh lebih lambat dari perkiraan, yang memperkuat gambaran ekonomi yang melesu di paruh kedua tahun ini.

Berdasarkan data Bank of Korea, Produk Domestik Bruto (PDB) Korsel tumbuh 0,6% pada kuartal kedua tahun ini dibanding kuartal sebelumnya, di bawah estimasi yang memperkirakan pertumbuhan 0,7%.

Dibandingkan tahun sebelumnya, PDB Korea Selatan naik 2,8%, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 2,9%.

Sementara itu, inflasi mencapai 1,4% pada Agustus dibandingkan tahun sebelumnya, lebih rendah dari perkiraan bulan lalu dan jauh di bawah target 2% dari bank sentral.

Data tersebut dapat mengurangi tekanan pada Bank of Korea untuk segera menaikkan suku bunga acuan. Para ekonom masih memprediksi satu kenaikan sebesar 0,25% pada akhir tahun.

Data ekonomi hari ini dirilis setelah pertemuan kebijakan BOK pada 31 Agustus, ketika bank sentral mempertahankan suku bunga sebesar 1,5% dan mengatakan inflasi untuk tahun ini secara keseluruhan akan lebih rendah dari perkiraan awal sebesar 1,6%.

"Sulit untuk mengharapkan peningkatan yang signifikan dalam permintaan domestik dalam jangka pendek; pengeluaran swasta terlihat sangat lemah," kata Stephen Lee, ekonom di Meritz Securities Co., seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper