Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Soal Kendaraan Elektrik, Ini Respons Bos Astra

Pemerintah dan kalangan pelaku usaha masih membahas pengembangan kendaraan elektrik (electric vehicle/EV) di dalam negeri dalam skema kendaraan beremisi karbon rendah atau low carbon emission vehicle.
Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto (kedua kiri) didamping  Direktur Johannes Loman (kedua kanan), dan Direktur  Paulus Bambang Widjanarko  (kanan) berbincang dengan teknisi sebelum pelepasan armada posko siaga mudik  dan peluncuran  Astra Holiday Campaign 2018 di Jakarta, Jumat (8/6/2018)./JIBI-Dedi Gunawan
Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto (kedua kiri) didamping Direktur Johannes Loman (kedua kanan), dan Direktur Paulus Bambang Widjanarko (kanan) berbincang dengan teknisi sebelum pelepasan armada posko siaga mudik dan peluncuran Astra Holiday Campaign 2018 di Jakarta, Jumat (8/6/2018)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah dan kalangan pelaku usaha masih membahas pengembangan kendaraan elektrik (electric vehicle/EV) di dalam negeri dalam skema kendaraan beremisi karbon rendah atau low carbon emission vehicle.

Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto menjelaskan kebijakan pemerintah merupakan instrumen krusial dalam pengembangan kendaraan elektrik.  Selain itu, butuh langkah-langkah pengembangan yang sistematis sebelum produsen dapat memproduksi electric vehicle.

”Sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mengembangkan itu, harus dilihat bahwa ada beberapa jenis sebelum melompat kepda era kendaraan elektronik seperti teknologi hybrid dan plugin hybrid. Pengembangan ini semua ada stages-nya ungkap Prijono di Jakarta, Selasa (28/8/2018).

Prijono mengatakan bahwa untuk mengembangkan EV, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan. Pertama, soal rentang jarak tempuh kendaraan yang ingin dikembangkan. Kedua, skala ekonomi dari komponen-komponen pembentuk kendaraan tersebut.

Dari informasi yang dia peroleh, akan sulit mengembangkan EV jika harga baterai masih berada pada level US$200 per kwh. Informasi lainnya menyebut butuh lebih dari 10 tahun untuk mencapai harga baterai hingga US$100 per kwh.

“Kami dan Gaikindo meminta pemerintah menyelaraskan hal-hal tersebut. Kalau sudah jelas, mungkin step-nya masuk ke hybrid dan plugin hybrid,” jelas Prijono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dara Aziliya
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper