Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah dan kalangan pelaku usaha masih membahas pengembangan kendaraan elektrik (electric vehicle/EV) di dalam negeri dalam skema kendaraan beremisi karbon rendah atau low carbon emission vehicle.
Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto menjelaskan kebijakan pemerintah merupakan instrumen krusial dalam pengembangan kendaraan elektrik. Selain itu, butuh langkah-langkah pengembangan yang sistematis sebelum produsen dapat memproduksi electric vehicle.
”Sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mengembangkan itu, harus dilihat bahwa ada beberapa jenis sebelum melompat kepda era kendaraan elektronik seperti teknologi hybrid dan plugin hybrid. Pengembangan ini semua ada stages-nya” ungkap Prijono di Jakarta, Selasa (28/8/2018).
Prijono mengatakan bahwa untuk mengembangkan EV, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan. Pertama, soal rentang jarak tempuh kendaraan yang ingin dikembangkan. Kedua, skala ekonomi dari komponen-komponen pembentuk kendaraan tersebut.
Dari informasi yang dia peroleh, akan sulit mengembangkan EV jika harga baterai masih berada pada level US$200 per kwh. Informasi lainnya menyebut butuh lebih dari 10 tahun untuk mencapai harga baterai hingga US$100 per kwh.
“Kami dan Gaikindo meminta pemerintah menyelaraskan hal-hal tersebut. Kalau sudah jelas, mungkin step-nya masuk ke hybrid dan plugin hybrid,” jelas Prijono.