Bisnis.com, JAKARTA -- PT Century Textile Industry Tbk. atau Centex memang tidak terlalu mencolok namanya saat ini. Apalagi, sektor usaha tekstil memang tengah mendapatkan tantangan sangat besar sejak produk China menyerbu Indonesia.
Namun, emiten berkode CNTX itu tetap memiliki sejarah tersendiri. Perusahaan yang mayoritas masih dimiliki Toray Industries Inc. asal Jepang itu adalah emiten tekstil pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Perseroan memutuskan menawarkan sahamnya ke publik pada 22 Mei 1979 atau tepat setelah 9 tahun sejak didirikan. Kala itu, Centex melepas 116.000 lembar sahamnya dengan nilai nominal saham Rp5.000 per saham dan harga penawaran Rp5.500 per saham.
Setahun setelah berstatus sebagai emiten, Centex langsung ekspansi dengan merambah pasar ekspor tekstil. Apalagi, pada periode itu, industri tekstil domestik memang tengah berjaya.
Dari data Kementerian Perindustrian mencatat industri tekstil Indonesia mulai tumbuh sejak periode 1980. Namun, memasuki 1995, industri tekstil tanah air harus beradu dengan produk murah asal China hingga kondisinya terus meredup.
Baca Juga
Di tengah masa keemasannya pada 1980-an, Centex pun melakukan penawaran umum kedua dengan melepas 584.000 sahamnya ke publik pada 1983. Nilai nominal saham perseroan pada penawaran umum kedua itu senilai Rp5.000 per saham. Secara total, jumlah saham Centex bertambah menjadi 700.000 lembar.
Berlanjut ke 1993, Centex kembali melakukan aksi korporasi yakni, pemecahan jumlah saham atau stock split.
Perseroan memecah jumlah saham 1:5 menjadi Rp1.000 per saham dibandingkan dengan sebelumnya Rp5.000 per saham.Jumlah saham perseroan pun bertambah menjadi 3,5 juta lembar dari sebelumnya 700.000 lembar.
Pada 2001, Centex mencatatkan saham seri B di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) sebanyak 6,5 juta lembar. Dengan begitu, total saham Centex yang beredar menjadi sebanyak 10 juta lembar.
Hampir selama 15 tahun, tidak ada aksi korporasi besar yang dilakukan oleh emiten tekstil pertama di BEI tersebut. Pada, 2016, perseroan memutuskan kembali melakukan stock split menjadi sebesar 1 : 500 menjadi Rp50 per saham dari sebelumnya senilai Rp1.000 per saham.
Jumlah saham seri A Centex pun melejit menjadi 70 juta lembar dibandingkan sebelumnya 3,5 juta lembar, sedangkan saham seri Bnya menjadi 130 juta lembar dibandingkan sebelumnya 6,5 juta lembar.
Pada periode 2016, Centex pun mendapatkan persetujuan para pemegang saham untuk melepas 60 juta lembar saham seri B yang dimiliki Torray Industries kepada Penfabric Sdn. Bhd.
Saat ini, komposisi pemegang saham Centex secara mayoritas masih dipegang Toray Industries sebanyak 54%. Penfabric memiliki 30% saham perseroan, sedangkan sisanya dimiliki oleh Tokai Senko K.K (investor Jepang) 3%, PT Budiman Kencana Lestari 12%, PT Easterntex sebesar 10%, dan publik sebesar 9%.
Adapun, kinerja perseroan pada kuartal II/2018 dari segi pendapatan bersih mencatatkan kenaikan sebesar 10,18% menjadi US$8,73 juta dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu. Dari sisi bottom line, perseroan mencatat penurunan rugi bersih menjadi US$169.180 dibandingkan dengan sebelumnya senilai US$233.744.
Pada perdagangan Selasa (14/8), harga saham Centex stagnan pada level Rp670 per saham.