Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat menilai bahwa krisis finansial yang saat ini tengah melanda Negara Turki dapat berimbas kepada Indonesia, meskipun dampaknya tidak secara langsung.
"Resiko contagion effect ada, cuman jalurnya ngga langsung, tapi lewat kecemasan di perbankan Eropa yang punya banyak bonds Turki. Hal ini akan bikin euro jatuh dan dolar AS tambah strong," tutur Analis Trimegah Sekuritas Indonesia, Fakhrul Fulvian, Senin (14/8/2018).
Menurutnya, saat ini kondisi current account defisit Negara Turki sudah kronis, yakni sekitar 5.5% dari GDP, dengan policy fiskal dan moneter yang tidak kredibel.
"Skenario yang paling mungkin terjadi di sana adalah seperti skenario krisis Asia 98, di mana GDP turun sebesar 10%-20%, lalu impor turun, baru setelah itu ada perbaikan," terangnya.
Fakhrul mengatakan bahwa investor saat ini telah underweight Turki. "Dampak flow kira-kira akan minimum, tapi risk off sentiment akan membayangi kita minggu ini," ujarnya.
Pihaknya menilai bahwa kecenderungan investor akan hati-hati untuk flow ke Indonesia. "Nanti ketika Turki mengalami recovery, kira-kira 1-2 tahun dari sekarang karena bond yield-nya bisa terus naik dari posisi saat ini untuk 10 yr Turki bond sebesar 22%, dan akan ada suatu kondisi di tahun depan di mana 10 yr bond-nya sangat tinggi, ketika ekonominya sudah turun dan defisit membaik. Kondisi ini akan membuat attractiveness negara tersebut cenderung lebih tinggi," ujarnya.
Menurut Fakhrul, untuk menghadapi hal tersebut, hal yang bisa Indonesia lakukan adalah dengan terus menurunkan kebutuhan US$ dan pendanaan asing sampai tahun depan.