Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Kospi Korea Selatan melanjutkan pelemahannya dan berakhir turun lebih dari 1% pada perdagangan hari ini, Senin (13/8/2018), sejalan dengan depresiasi mata uang won.
Berdasarkan data Bloomberg, Kospi berakhir melemah 1,50% atau 34,34 poin di level 2.248,45. setelah dibuka turun 0,72% di posisi 2.266,43. Pada perdagangan Jumat (10/8), Kospi berakhir melemah 0,91% di level 2.282,79.
Sebanyak 74 saham menguat, 677 saham melemah, dan 29 saham stagnan dari 780 saham yang diperdagangkan di indeks Kospi pada akhir perdagangan hari ini.
Saham yang menekan pergerakan Kospi di antaranya yaitu Hanil Cement Co. Ltd./New (-2,47%), Hyosung Advanced Materials Corp. (-2,50%), dan Hyosung Heavy Industries Corp. (-3,55%).
Sejalan dengan Kospi, depresiasi nilai tukar won berlanjut dengan berakhir melemah 0,44% atau 5 poin di level 1.134,01, setelah ditutup melemah 1,08% atau 12,08 poin di posisi 1.129,01 per dolar AS pada perdagangan Jumat (10/8).
“Pergerakan dolar AS terhadap won Korsel kemungkinan akan menguji posisi 1.140-1.145 di tengah meluasnya penguatan dolar AS, sikap hati-hati emerging market, dan pelemahan saham,” ujar Vishnu Varathan, head of economics and strategy di Mizuho Bank, dikutip Bloomberg.
Menurut Menteri Keuangan Korsel Kim Dong-yeon, pergerakan valas di Korea Selatan sejalan dengan pasar internasional. “Pemerintah akan mengambil langkah-langkah jika volatilitas meluas,” ujar Kim Dong-yeon, dikutip Bloomberg.
Dampak krisis yang sedang dialami Turki saat ini terhadap ekonomi Korsel dinilai terbatas.
Di sisi lain, Korea Selatan dan Korea Utara dilaporkan sepakat untuk mengadakan KTT di Pyongyang pada bulan September.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in sebelumnya dua kali melakukan pertemuan pada bulan April dan Mei di wilayah gencatan senjata perbatasan Panmunjom. Keduanya menyepakati bahwa KTT berikutnya akan diadakan di ibukota Korea Utara pada musim gugur.
Menteri Unifikasi Korea Selatan Cho Myoung-gyon mengatakan KTT berikutnya di Pyongyang akan membantu meningkatkan hubungan lintas batas, dengan memungkinkan kedua pemimpin negara untuk membahas denuklirisasi Utara serta bagaimana membangun perdamaian di semenanjung Korea.