Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja emiten berkapitalisasi pasar terbesar diprediksi berlanjut pada semester II/2018 setelah mengalami peningkatan pada paruh pertama.
Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang menuturkan, kinerja emiten big caps cenderung positif pada semester I/2018. Tren ini diperkirakan berlanjut dalam 6 bulan selanjutnya.
"Kinerja big caps memang cenderung positif dengan faktor-faktor perbaikan yang bervariasi dari masing-masing emiten," tuturnya saat dihubungi, Rabu (1/8/2018).
Menurutnya, PT Astra Internasional Tbk. (ASII) ditopang sejumlah segmen seperti pertambangan, otomotif, infrastruktur, dan keuangan. Kinerjanya pun melampaui ekspektasi pasar.
Berdasarkan konsensus analis yang dihimpun Bloomberg, pendapatan ASII pada semester I/2018 diperkirakan sebesar Rp108,43 triliun, sedangkan laba bersih diprediksi senilai Rp9,95 triliun.
Namun demikian, performa Grup Astra tertekan oleh lini bisnis sawit yang dipegang oleh PT Astra Agro Lestari Tbk. (ASII). Secara keseluruhan sektor perkebunan memang melesu akibat melemahnya harga CPO.
Edwin memerkirakan pada 2018 ASII memiliki laba per saham (earning per share/EPS) Rp513, naik dari 2017 sebesar Rp466. Target harga sahamnya sampai akhir tahun ini ialah Rp8.400.
Adapun, kinerja PT United Tractors Tbk. (UNTR) diperkirakan semakin moncer pada semester II/2018 seiring dengan kenaikan penjualan alat berat, kontraktor penambangan, dan penjualan batu bara.
EPS UNTR pada 2018 diprediksi mencapai Rp2.938, naik dari sebelumnya Rp1.985. Target harga sahamnya ialah Rp41.675.
Adapun, kinerja emiten rokok PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) hanya meningkat sedikit pada semester I/2018. Sampai akhir tahun, diperkirakan volume penjualan masih cenderung flat.
"Emiten rokok tertekan oleh estimasi kenaikan cukai. Selain itu, sebagian bahan baku harus diimpor, sehingga menambah beban saat rupiah berfluktuasi. Kami perkirakan performa penjualan pada 2018 cenderung sama atau flat dengan 2017," paparnya.
Edwin memerkirakan EPS HMSP sampai akhir 2018 senilai Rp105, menurun sedikit dari EPS 2017 sebesar Rp109. Target harga saham anak PT Philip Morris Indonesia ini ialah Rp4.400.
Namun, faktor yang menjadi daya tarik HMSP ialah tingkat dividen payout ratio (DPR) yang stabil hampir mencapai 100%. Dalam 3 tahun terakhir, DPR HMSP ialah 98,5% pada 2017, 98,2% pada 2016, dan 99,99% pada 2015.
Setali tiga uang, EPS PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) juga diperkirakan turun menuju Rp3.930 dari 2017 sebesar Rp4.030. Target harga sahamnya ialah Rp85.550.
Sementara itu, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) diperkirakan masih sulit membaik pada semester II/2018. Pada kuartal II/2018, kinerja perseroan menurun akibat registrasi pelanggan,sehingga mengurangi jumlah konsumen aktif.
Di sisi lain, sejumlah aplikasi pesan sudah menyediakan layanan telepon gratis. Alhasil perusahaan sulit menggenjot pemasukan dari layanan suara dan SMS.
Pada 2018, EPS TLKM diperkirakan turun menjadi Rp173 dari 2017 senilai Rp220. Target harga saham wajarnya ialah Rp4.100, direvisi dari estimasi sebelumnya Rp4.425.
Berbeda pandangan, Vice President Research Department PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya mengungkapkan, kinerja TLKM berpotensi membaik pada semester II/2018 seiring dengan gelaran agenda besar seperti Asian Games, menjelang Pilpres 2019, serta Natal dan Tahun Baru. Pasalnya, kebutuhan data semakin meningkat.
"Kinerja TLKM harusnya lebih bagus. Dari Asian Games saja, ada 10.000 atlet yang datang, tentunya membutuhkan fasilitas komunikasi."
Secara umum, kinerja emiten berkapitalisasi pasar besar dapat meningkat pada paruh kedua 2018 karena fundamental kinerja yang positif. Oleh karena itu, sahamnya turut dapat bertumbuh dan mendorong kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).