Bisnis.com, JAKARTA -- Emiten menara PT Sarana Menara Nusantara Tbk., membukukan pendapatan sebesar Rp2,8 triliun selama semester I/2018, atau meningkat 6,1% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya (yoy).
Direktur Utama Sarana Menara Nusantara Aming Santoso menyampaikan kenaikan pendapatan tersebut didapat dari revenue lebih dari 1.300 titik sewa baru organik perseroan pada kuartal II/2018. Selain itu, pendapatan perseroan juga didukung revenue dari akusisi KIN (PT Komet Infrastructure Nusantara) untuk periode satu bulan pada kuartal II/2018.
“Kami menyelesaikan akuisisi KIN pada Mei 2018 dan mulai merasakan penambahan revenue dari KIN pada kuartal kedua namun realisasi revenue akan berkontribusi sepenuhnya pada semester kedua tahun ini,” kata Aming di Jakarta, Selasa (31/7) malam.
Aming menyampaikan emiten dengan kode sama TOWR tersebut merencanakan penghematan biaya dari realisasi sinergi operasional antara Protelindo, iForte dan KIN secara berkesinambungan di masa yang akan datang.
"Apabila dinormalkan dengan metode pro-rata, dengan revenue KIN mencapai Rp325 miliar per tahun, maka run-rate revenue untuk bulan Juni 2018 meningkat 12,9% dibandingkan Maret 2018," terang Aming.
Secara konsolidasi, Grup Sarana Menara Nusantara memiliki 16.790 menara pada akhir Juni 2018 yang berasal dari kegiatan pembangunan menara baru (Built to Suit) sebanyak 807 menara Protelindo dan iForte serta penambahan 1.369 menara yang dimiliki KIN.
Pada akhir kuartal kedua, perseroan telah memiliki 27.918 penyewa, naik dibandingkan 25.011 penyewa pada awal tahun 2018. Kenaikan tersebut berasal dari penambahan 935 penyewa baru serta 1.972 penyewa yang didapat dari akusisi KIN.
Aming menyampaikan hasil dari pendaftaran ulang SIM Card pada semester pertama akan membantu industri telekomunikasi untuk fokus kepada user experience, sehingga jaringan aset yang luas dan penawaran beragam solusi infrastruktur telekomunikasi memungkinkan TOWR memperkuat basis klien.
Adapun, emiten menara Grup Djarum tersebut merencanakan terus menambah jumlah penyewa pada semester kedua seiring dengan churn rate, yaitu pembatalan suatu sewa pada saat jatuh tempo tanpa ada penggantinya, yang lebih rendah dibandingkan tahun lalu dan diperkirakan akan mencapai kisaran industri yaitu sekitar 3%.
“Kami telah mencapai perjanjian untuk perpanjangan beberapa masa sewa yang jatuh tempo tahun ini yang akan mendukung pencapaian laba usaha kami. Kami juga memperkirakan akan merealisasikan revenue dari penyelesaian 1.100 pesanan di pipeline kami pada semester kedua tahun ini,” kata Aming.
Sarana Menara Infrastructure membukukan laba bersih pada kuartal kedua sebesar Rp560,8 miliar, meningkat 8,1% dibandingkan kuartal sebelumnya. Pada semester I/2018, perseroan membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp1,08 triliun.
Laba bersih tersebut turun tipis dari pencapaian tahun 2017 yaitu Rp1,09 triliun, disebabkan kenaikan beban bunga, kerugian nilai tukar serta beban penyisihan atas revenue tertentu sampai dengan Juni 2018.
“Kami memperkirakan laba bersih akan membaik pada semester kedua karena nilai tukar rupiah yang lebih stabil, dan kami memiliki likuiditas dalam mata uang asing yang cukup besar,” ujar Adam Gifari, Wakil Presiden Direktur TOWR.