Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PEMERINGKATAN PEFINDO: Peringkat Tujuh Korporasi Diturunkan Sepanjang Kuartal II/2018

pPT Pemeringkat Efek Indonesia memutuskan menurunkan peringkat 7 perusahaan sepanjang periode pemeringkatan 13 April hingga 30 Juli 2018, menyusul memburuknya kinerja keuangan masing-masing perusahaan karena berbagai faktor./p
Bank Mayapada di Solo/wikimapia
Bank Mayapada di Solo/wikimapia

Bisnis.com, JAKARTA—PT Pemeringkat Efek Indonesia memutuskan menurunkan peringkat 7 perusahaan sepanjang periode pemeringkatan 13 April hingga 30 Juli 2018, menyusul memburuknya kinerja keuangan masing-masing perusahaan karena berbagai faktor.

Pefindo tidak menyorot sektor tertentu yang patut diwaspadai investor mengingat ketujuh perusahaan tersebut tidak berasal dari sektor yang sama. Tiga perusahaan berasal dari sektor finansial dan 4 perusahaan dari sektor riil. 

Dua korporasi mendapat peringkat default pada periode ini, yakni PT Sun Prima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance) dan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. (AISA).

Peringkat SNP Finance turun drastis dari idA menjadi idCCC pada Selasa (8/5) bersama 6 seri MTN-nya, serta mendapat outlook credit watch dengan implikasi negatif karena kasus gagal bayar MTN-nya. Sehari setelahnya, peringkatnya diturunkan lagi menjadi idSD atau selective default.

Pefindo lantas mencabut pemeringkatan atas SNP Finance pada Jumat (25/5) setelah OJK membekukan kegiatan usaha SNP Finance lantaran tidak merilis keterbukaan informasi kepada kreditur dan pemegang MTN-nya hingga batas waktu sanksi peringatan ketiga.

Sedangkan penyematan status default pada AISA sebab sudah terbukti gagal bayar bunga surat utangnya, serta belum ada kejelasan tentang rencana divestasi bisnis berasnya yang tersangkut kasus hukum.

Selain dua emiten default tersebut, penuruan peringkat yang cukup dalam pada periode ini terjadi pada PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk. (TELE) sebesar 4 notch dari idA- menjadi idBB akibat tingginya resiko refinancing perseroan di tengah likuiditas yang mengetat.

TELE sebelumnya mendapatkan predikat credit watch dengan outlook negatif, tetapi kemudian dinaikkan menjadi positif setelah perseroan berhasil melunasi obligasi jatuh temponya senilai total Rp1,14 triliun. Namun, peringkat tidak serta merta dinaikan.

Menariknya, pada periode ini ada dua emiten bank yang mengalami penurunan peringkat, yakni PT Bank Mayapada Internasional Tbk. (MAYA) dan PT Bank Bukopin Tbk. (BBKP). MAYA turun satu notch dari idA menjadi idA-, sedangkan BBKP turun dua notch dari idA+ menjadi idA-.

Setelah penyesuaian peringkat, outlook BBKP diubah dari negatif menjadi stabil, tetapi outlook MAYA direvisi lagi menjadi negatif yang mencerminkan masih terbukanya potensi penurunan peringkat.

Hendro Utomo, Wakil Presiden dan Kepala Divisi Pemeringkatan Institusi Finansial Pefindo, mengatakan bahwa penurunan peringkat yang cukup banyak pada periode ini tidak serta merta merefleksikan kondisi ekonomi yang memburuk.

Beberapa korporasi hanya mengalami perlambatan kinerja, yang lainnya tersangkut kasus dan mengalami pemburukan bisnis.

“Memang ada pengaruhnya kondisi ekonomi makro, cuma kebetulan pengaruhnya paling terasa pada [tujuh] entitas ini sehingga peringkatnya diturunkan,” katanya, Selasa (31/7).

Tentang bank, menurutnya kinerja secara umum masih stabil, tetapi Pefindo masih akan memperhatikan lebih lanjut dampak dari kenaikan tingkat suku bunga Bank Indonesia sebabmasih ada kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Kenaikan tersebut akan mendorong naiknya bunga deposito yang akan kian menggerus margin bank bila tidak menaikkan bunga kredit. Namun, bila bunga kredit naik, permintaan kredit berpotensi menurun sehingga berpotensi menyebabkan target penyaluran kredit bank tidak tercapai.

Penurunan peringkat pada dua bank, yakni Bukopin dan Mayapada, erat kaitannya dengan memburuknya kualitas aset kedua bank. Kenaikan suku bunga bisa saja memperparah kinerja keduanya.

Ramdhan Ario Maruto, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia, mengatakan bahwa penurunan peringkat korporasi sangat erat terkait dengan kinerja keuangannya serta siklus bisnisnya, selain memang ada pengaruh faktor eksternal dan makroekonomi.

Saat ini, kondisi ekonomi secara umum masih cukup baik, meskipun kenaikan suku bunga cukup tinggi. Kenyataannya, bisnis sektor finansial dan bank secara umum masih tumbuh, sehingga penurunan peringkat pada MAYA dan BBKP, serta default pada SNP Finance lebih disebabkan oleh kinerja internalnya.

“Penurunan peringkat yang banyak kali ini kelihatannya lebih disebabkan pengaruh dari sisi bisnis emitennya sendiri dan outlook issuer-nya. Secara umum sektor finansial masih tumbuh, yang lain-lain juga masih stabil, belum ada yang memburuk [secara sektoral],” katanya.

Dua emiten sektor riil lainnya yang turun peringkatnya yakni PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA dan Perum Perikanan Indonesia turun masing-masing 1 notch. PT INKA turun dari idA menjadi idA- dengan outlook negatif, sedangkan Perum Perikanan dari idBBB+ menjadi idBBB, outlook stabil.

Aryo Perbongso, Analis Pefindo, mengatakan bahwa penurunan peringkat dan penyematan outlook negatif pada PT INKA disebabkan karena lambatnya pengiriman produk INKA sehingga arus kas menjadi lemah dan menjadi overleverage. Padahal, industri kereta api merupakan industri padat modal.

Sementara itu, penurunan peringkat pada Perum Perikanan merupakan antisipasi pelemahan prospek bisnis perusahaan akibat beberapa penundaan program kerja.

Gifar Indra Sakti, Analis Pefindo, mengatakan perseroan memiliki rencana untnuk mengembangkan divisi penangkapan ikan dan rencana lain di sektor hulu, tetapi rencana itu tertunda dan belum ada kejelasan terkait kelanjutannya.

Perusahaan justru cenderung mengalihkan penguatan bisnis pada sektor pengolahan dan perdagangan, sedangkan pemerintah belum merealisasikan penyerahan 16 pelabuhan perikanan untuk dikelola perusahaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper