Bisnis.com, JAKARTA - Rencana PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) mengakuisisi tambang Kestrel di Australia merupakan salah satu upaya perusahaan dalam mengembangkan bisnis batu bara kokas.
Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir menyampaikan, ekspansi ke bisnis kokas merupakan salah satu upaya diversifikasi lini usaha sehingga sumber pendapatan kian beragam. Oleh karena itu, perusahaan ingin mengakuisisi tambang Kestrel di Australia milik Rio Tinto.
Saat ini, tambang Kestrel memproduksi kokas sekitar 6 juta ton per tahun. Dengan adanya manajemen baru dari Adaro dan EMR Capital, diharapkan kapasitas produksi meningkat menjadi 10 juta ton per tahun.
"Setelah diambil Adaro tentunya harus ada perbahan. Kami target ya tentunya medium-longterm ke angka 10 juta ton per tahun, dari saat ini sekitar 6 juta," tutur pria yang akrab disapa Boy ini, Senin (16/7/2018) malam.
Adapun, dari anak usahanya Adaro MetCoal Companies (AMC), perseroan berharap kontribusi batu bara kokas sejumlah 1 juta ton pada 2018. Tahun lalu, AMC merealisasikan penjualan sejumlah 740.000 ton.
ADRO sebelumnya telah memiliki 25% saham AMC sejak 2011. Perseroan kemudian mengakuisisi 75% saham AMC dari BHP Billiton dengan harga US$120 juta pada pertengahan 2016.
Baca Juga
Ke depannya, AMC ditargetkan melakukan produksi sejumlah 3 juta ton per tahun. Saat ini perseroan masih melakukan studi untuk mencapai target tersebut.
"Capex [pengembangan AMC] ada. Masalahnya angkutan sungai karena ada pasang surut. Itu yang harus dipikirn pakai strategi apa. Dalam setahun ini kami sedang melakukan studi. Mestinya kalau 3 juta ton bukan menjadi masalah. Tapi, yang realistis perlu waktu [untuk meningkatkat produksi]," paparnya.
AMC memegang 7 konsesi Kontrak Karya di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Total sumber daya batu bara premium ini mencapai 1,27 miliar ton.