Bisnis.com, JAKARTA—Bursa Efek Indonesia mengumumkan perdagangan pasar saham pada Rabu (27/6/2018) tetap berjalan normal, meskipun ditetapkan pemerintah sebagai libur nasional untuk penyelenggaraan Pilkada serentak.
M. Nafan Aji Gusta Utama, analis PT Binaartha Sekuritas mengemukakan sentimen dalam dan luar negeri akan memengaruhi gerak indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Rabu (27/6/2018).
Adapun faktor eksternal yang memengaruhi bursa saham dalam negeri hari ini adalah kekhawatiran pasar akan sentimen perang dagang.
Di samping itu, pasar juga masih terus memonitor kebijakan bank sentral AS, khususnya dalam penetapan suku bunga acuan Federal Reserve dalam rapat berikutnya.
Faktor internal yang menjadi sentimen bursa hari ini adalah penyelenggaraan Pilkada serentak.
“Penyelenggaraan pemilukada yang berlangsung dengan aman dan damai diharapkan meningkatkan kepercayaan para pelaku investor terhadap kondusifnya iklim investasi di Indonesia, sehingga sentimen positif tersebut mampu meredam gejolak akibat dari ketidakpastian dari faktor eksternal tersebut,” kata Nafan kepada Bisnis.com pagi ini, Rabu (27/6/2018).
Sementara itu, bursa saham Eropa berakhir menguat tipis pada akhir perdagangan Selasa (26/6/2018). Indeks Stoxx Europe 600 ditutup menguat hanya 0,08 poin ke level 377,25.
Dilansir Reuters, kekhawatiran atas perdagangan telah mencengkeram pasar global selama beberapa pekan terakhir.
Sengketa perdagangan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat telah memukul saham Eropa dengan keras, dengan indeks Stoxx 600 turun 3% sejak awal tahun.
Chris Hiorns, manajer dana senior di EdenTree, mengatakan bursa saham Eropa awalnya akan tampil lebih kuat jika kita benar-benar bisa melihat pertumbuhan dan menjadi mandiri, yang merupakan lingkaran pertumbuhan yang baik dan dapat mendorong permintaan yang lebih tinggi.
"Jika kita mencari pemicu (pertumbuhan) maka apa yang kita inginkan adalah Trump menghentikan perang dagangnya dengan China," lanjutnya, seperti dikutip Reuters, Selasa (26/6/018).
Sementara investor khawatir tentang potensi perang perdagangan yang makin dalam, yang telah bergeser dari sengketa bilateral AS-China menjadi yang melibatkan lebih banyak wilayah, termasuk Eropa, sejumlah analis mengatakan dampak ekonomi pada akhirnya akan terbatas.
"Negosiasi dagang juga telah mengalihkan perhatian dari fundamental ekonomi yang layak, terutama di AS, dan pertumbuhan pendapatan perusahaan yang kuat," kata Mark Haefele, kepala investasi global untuk UBS Wealth Management.
Baca juga: Usai Berfluktuasi, Indeks Stoxx Ditutup Menguat Tipis