Bisnis.com, JAKARTA— Negara pengekspor minyak (OPEC) dan sekutunya mencapai kesepakatan awal dalam menghadapi oposisi yang kuat dari Iran untuk meningkatkan produksi 1 juta barel per hari.
Dalam pertemuan awal, Kamis Malam di Wina, Komite Pemantau Bersama, yang merekomendasikan kebijakan kepada kelompok tersebut, mencapai kesepakatan meskipun Bijan Zanganeh, menteri perminyakan Iran, keluar dari pertemuan (walk out).
Bijan memprediksi OPEC tidak akan mencapai kesepakatan akhir ketika itu, dan akan menghadiri pertemuan resmi negara pengekspor minyak pada Jumat dan Sabtu.
“Satu juta barel per hari adalah nominal. Efek sebenarnya akan menjadi sesuatu yang kurang karena tidak setiap negara dapat merespons, ”kata Menteri Energi Arab Saudi, Khalid Al-Falih seperti dikutip Bloomberg, Jumat (22/6/2018).
Seperti diketahui, Organisasi negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) akan menggelar rapat mulai hari ini, Jumat (22/6/2018).
Sampai memasuki hari H, masih bertahan dua kubu yang saling berseberangan pendapat soal tingkat produksi minyak OPEC.
Arab Saudi memperingatkan kekurangan pasokan yang bisa diatasi dengan kenaikan produksi, sementara itu pihak Iran bertahan terhadap kesepakatan pembatasan di tengah prospek ekspor yang lebih rendah karena sanksi AS di Teheran.
Menteri energy Arab Saudi didukung Rusia mengusulkan peningkatan produksi sekitar 1 juta barel per hari (bpd) atau sekitar 1% dari pasokan global.
Bagaimana keputusannya?
OPEC akan menjelaskannya usai pertemuan 22-23 Juni 2018, tengah seruan dari konsumen terkemuka seperti Amerika Serikat, China dan India agar mengambil kebijakan yang bisa mendinginkan harga minyak dan mendukung ekonomi dunia dengan memproduksi lebih banyak minyak mentah.
Iran, produsen terbesar ketiga OPEC, sejauh ini menjadi penghalang utama untuk kesepakatan baru untuk kembali mengerek produksi.
"Saya pikir kami tidak dapat mencapai kesepakatan," kata Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh seperti dikutip Reuters, Jumat (22/6/2018).