Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah berhasil memperpanjang reboundnya dan menguat pada akhir perdagangan hari ini, Kamis (24/5/2018), sejalan dengan apresiasi mayoritas mata uang Asia terhadap dolar AS.
Rupiah ditutup menguat 76 poin atau 0,53% di Rp14.133 per dolar AS, setelah rebound saat dibuka dengan apresiasi 17 poin atau 0,12% di Rp14.192. Pada perdagangan Rabu (23/5), rupiah berakhir melemah 67 poin atau 0,47% di posisi Rp14.209.
Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak pada level Rp14.133 – Rp14.213 per dolar AS. Tak tanggung-tanggung, rupiah mencatat penguatan terbesar di antara mata uang lainnya di Asia hari ini per pukul 18.02 WIB.
Penguatan mata uang garuda diikuti yen Jepang dan baht Thailand yang masing-masing menguat 0,36% dan 0,20%. Depresiasi nilai tukar terpantau hanya dicatatkan peso Filipina sebesar 0,22% sore ini.
Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melemah 0,22% atau 0,205 poin ke level 93,798 pada pukul 17.52 WIB.
Indeks dolar tergelincir ke zona merah saat dibuka turun 0,125 poin atau 0,13% di level 93,878 pagi tadi, setelah berakhir menguat 0,42% atau 0,394 poin di posisi 94,003 pada perdagangan Rabu (23/5).
Dilansir dari Bloomberg, mata uang dan obligasi Asia naik saat dolar AS melemah pascarilis risalah rapat The Federal Reserve.
Meski para pembuat kebijakan The Fed tampak siap menaikkan suku bunga acuannya pada Juni, tidak ada kejelasan mengenai berapa kali suku bunga akan naik lebih lanjut tahun ini, setelah kenaikan pada pertemuan kebijakan Juni.
Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun turun 7 basis poin ke posisi 2,99% pada Rabu (23/5), untuk pertama kalinya turun ke bawah 3% sejak 15 Mei.
“Risalah rapat The Fed dari pertemuan Mei [1-2 Mei] mengalihkan perhatian [pasar] dari peristiwa geopolitik, yang membantu pasar ekuitas AS pulih dari penurunannya dan memberi keseimbangan atas kesuraman untuk Asia,” ujar Jingyi Pan, market strategist di IG Asia.
Di sisi lain, Analis Binaartha Sekuritas, M Nafan Aji Gusta Utama mengatakan pelantikan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang baru, Perry Warjiyo, turut mengangkat pasar finansial hari ini.
Kepada awak media di Jakarta, Perry menyatakan BI akan memprioritaskan kebijakan moneter sebagai instrumen untuk mempertahankan stabilitas. Prioritasnya sendiri dalam jangka pendek adalah memperkuat langkah untuk menstabilkan rupiah.
“Bank Indonesia berkomitmen untuk mempertahankan stabilitas, nilai tukar, dan inflasi,” ucap Perry, seperti dikutip Bloomberg.