Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan indeks dolar AS menguat pada perdagangan pagi ini, Selasa (15/5/2018), saat harapan meredanya tensi perdagangan global mendorong naik imbal hasil obligasi AS.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama naik 0,058 poin atau 0,06% ke level 92,645 pada pukul 10.42 WIB.
Sebelumnya indeks dolar dibuka dengan kenaikan 0,070 poin atau 0,08% di level 92,657, setelah pada perdagangan Senin (14/5) berakhir naik 0,05% atau 0,050 poin di posisi 92,587.
Sementara itu, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun bergerak stabil pada perdagangan Asia hari ini di 2,999%, setelah naik 2 basis poin pada perdagangan Senin (14/5/2018).
Imbal hasil obligasi 10 tahun AS naik pada hari Senin, seiring meredanya tensi perdagangan setelah Presiden AS Donald Trump berjanji untuk membantu ZTE Corp. kembali melanjutkan aktivitas bisnisnya.
Padahal hampir satu bulan Kementerian Perdagangan menerapkan larangan bagi perusahaan AS bertransaksi ke perusahaan komunikasi asal China tersebut.
Dilansir Reuters, indeks dolar telah mencapai level tertingginya dalam empat bulan di level 93,416 pekan lalu, saat kenaikan imbal hasil obligasi AS menyoroti gap suku bunga yang lebar antara Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya, sehingga mendukung daya tarik dolar.
Meskipun penguatan dolar kemudian melemah setelah data harga konsumen AS bulan April yang dirilis pekan lalu menimbulkan keraguan apakah The Federal Reserve akan menaikkan suku bunga sebanyak empat kali pada 2018, beberapa pedagang tetap optimis tentang prospek jangka pendeknya.
Stephen Innes, kepala perdagangan di Asia-Pasifik untuk Oanda di Singapura, mengatakan ia mungkin akan tetap dengan pandangan positif bagi dolar sampai ada gelombang data ekonomi positif dari negara-negara selain Amerika Serikat, atau sampai Bank Sentral Eropa mulai terdengar terang-terangan hawkish bukan hanya sementara.
Terlepas dari penguatan dolar akhir-akhir ini, sejumlah analis tetap skeptis tentang kemungkinan dorongan berkelanjutan yang lebih tinggi pada greenback.
Tumbuhnya kekhawatiran tentang defisit anggaran AS, yang diproyeksikan membengkak menjadi lebih dari US$1 triliun pada tahun 2019 akibat pengeluaran pemerintah yang besar-besaran dan pemotongan pajak perusahaan, telah meredupkan prospek greenback, bersama dengan kekhawatiran tentang defisit transaksi berjalan negara tersebut.
Investor selanjutnya akan fokus pada pidato sejumlah pejabat The Fed pekan ini, serta indikator ekonomi seperti data penjualan ritel AS yang akan dirilis pada hari ini waktu setempat.
Posisi indeks dolar AS
15/5/2018 (Pk. 10.42 WIB) | 92,645 (+0,06%) |
14/5/2018 | 92,587 (+0,05%) |
11/5/2018 | 92,537 (-0,12%) |
10/5/2018 | 92,650 (-0,42%) |
9/5/2018 | 93,040 (-0,09%) |
Sumber: Bloomberg