Bisnis.com, JAKARTA – Emiten sektor batu bara PT Alfa Energi Investama Tbk. (FIRE) menargetkan pendapatan 2018 meningkat 100% year-on-year (yoy) menjadi Rp353,87 miliar seiring dengan bertumbuhnya volume penjualan.
Direktur Utama Alfa Energi Investama Aris Munandar menyampaikan, perusahaan akan memanfaatkan momen kenaikan harga batu bara dengan memacu penjualan. Pada 2018, FIRE menargetkan volume pemasaran batu hitam sejumlah 800.000 ton.
"Kami targetkan bisa menjual 800.000 ton batu bara pada 2018, dimana 60% berasal dari produksi sendiri, dan 40% trading [dari pihak ketiga]," tuturnya setelah acara paparan publik insidentil di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (18/4/2018).
Menurutnya, kontribusi penjualan berbanding serupa 50:50 antara pasar domestik dan ekspor. Pada akhir bulan ini, FIRE siap mengirimkan satu vessel ke India, sedangkan pengapalan satu vessel lagi ke Jepang pada Agustus 2018.
Target penjualan Alfa Energi Investama pada tahun ini melonjak 166,13% yoy dari realisasi 2017 sejumlah 300.599. Oleh karena itu, Aris menargetkan pendapatan perusahaan pada 2018 dapat menigkat dua kali lipat.
"Target pendapatan 2018 bisa double, kalau bisa EBITDA-nya juga double. Namun untuk target laba bersih belum bisa published, harapannya bisa positif," paparnya.
Baca Juga
Pada 2017, perusahaan mengantongi pendapatan senilai Rp176,93 miliar, melonjak 79,29% yoy. Namun, FIRE malah membukukan rugi bersih Rp1,05 miliar dari sebelumnya laba bersih Rp5,76 miliar.
Menurut Aris pembukuan rugi terjadi karena persoalan fiskal. Pada 2017, perusahaan mencatatkan beban keuangan pinjaman pihak ketiga Rp5,31 miliar dari sebelumnya penghasilan keuangan pinjaman pihak ketiga Rp7,23 miliar.
Sesuai Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB), perusahaan mengantongi izin penjualan batu bara dari tambang sendiri sejumlah 400.000 ton. Namun, volume itu dapat ditingkatkan pada semester II/2018, karena FIRE mendapat kompensasi tambahan 10% sesuai kebijakan Domestic Market Obligation (DMO).
Untuk kontribusi penjualan dari internal, FIRE mengandalkan anak usahanya PT Alfara Delta Persada yang memiliki batu bara berkalori 4.200–4.400 Kcal/kg. Saat ini, Alfara sedang melakukan pembicaraan dengan investor dari Australia untuk kolaborasi manajemen operasional.
FIRE juga berencana melakukan pra produksi batu bara berkalori tinggi pada akhir 2018 melalui anak usahanya PT Bumi Bara Jaya. Tambang tersebut memiliki produk dengan tingkat kalori 6.000-an Kcal/kg.
Harga Saham
Terkait fluktuasi harga saham FIRE, Aris mengakui kurang mengetahui penyebabnya karena manajemen belum merencanakan aksi korporasi terbaru. Kendati demikian, perusahaan membuka opsi pencarian pinjaman sebesar Rp1,5 triliun.
"Waktu itu pada kuartal III/2017 kami melihat harga batu bara masih kuat. Makanya cari kesempatan pinjaman Rp1,5 triliun untuk ekspansi," ujarnya.
Sejatinya manajemen sudah melakukan pembicaraan dengan berbagai calon investor agar bisa meraih pendanaan melalui skema trading, investasi, ataupun joint venture. Namun, belum ada kesepakatan yang terealisasi sampai saat ini.
Sebelumnya, BEI sempat menyatakan saham FIRE bergerak tidak wajar atau unusual market activity (UMA). Kemudian, BEI menjatuhkan sanksi suspensi atau penghentian sementara perdagangan sahamnya, dan baru dibuka kembali pada Senin (16/4/2018).
Pada penutupan perdagangan Rabu (18/4/2018), saham FIRE naik 50 poin atau 1,35% menjadi Rp3.750. Sepanjang tahun berjalan, harga melambung 151,68%.