Bisnis.com, JAKARTA – Emiten tekstil nasional PT Sri Rejeki Isman Tbk membukukan laba bersih atau laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$68,03 juta pada 2017, atau naik 14,6% dibandingkan capaian tahun sebelumnya yaitu US$59,36 juta.
Kinerja konsolidasi perseroan pada 2017 tersebut lebih baik dibandingkan dengan tahun buku 2016 di mana perusahaan hanya membukukan kenaikan laba sebesar 7,38%. Tahun ini, emiten dengan kode saham SRIL tersebut kian ekspansif dengan penjajakan akuisisi dua perusahaan.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, penjualan pada 2017 juga meningkat cukup signifikan. Pada tahun lalu, penjualan perusahaan mencapai US$759,35 juta, atau naik 11,67% dibandingkan dengan 2016 yang sebesar US$679,94 juta.
Sekretaris Perusahaan Sri Rejeki Isman Welly Salam sebelumnya menyampaikan, nilai penjualan pada 2017 melampaui target yang telah ditetapkan perusahaan yaitu US$762 juta. Adapun, nilai penjualan pada tahun ini berpotensi mencapai US$1 miliar, atau tumbuh sekitar 30%.
“Pendapatan akan tumbuh 30% pada tahun ini, dengan didukung dari dua perusahaan yang telah kami akuisisi,” kata Welly belum lama ini.
Saat ini, SRIL tengah menjalani proses akuisisi dua perusahaan yakni PT Primayudha Mandirijaya dan PT Bitratex Industries. Jika proses akuisisi berjalan lancar, maka komposisi penjualan benang bisa mencapai 50%-53% dari saat ini maksimal 39%.
Welly mengatakan dua perusahaan baru tersebut berpotensi berkontribusi menyumbang penjualan sekitar US$180 juta—US$200 juta pada tahun ini. Adapun, profil penjualan Primayudha dan Bitratex sebanyak 70% dijual ke luar negeri.
Sementara itu, posisi kas dan setara kas perseroan hingga akhir 2017 tercatat senilai US$127,23 juta, lebih tinggi 110% dibandingkan dengan posisi 2016 yang sebesar US$60,48 juta.