Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara tergelincir ke zona merah pada akhir perdagangan Rabu (7/3/2018), setelah mampu ditutup menguat selama beberapa hari sebelumnya.
Pada perdagangan Rabu, harga batu bara untuk kontrak Januari 2019, kontrak teraktif di bursa komoditas Rotterdam, berakhir melemah 0,37% atau 0,30 poin di US$81,50/metrik ton.
Pelemahan harga batu bara kontrak Januari 2019 pada perdagangan kemarin sekaligus mematahkan reli tiga hari berturut-turut sebelumnya.
Sejalan dengan batu hitam, harga minyak mentah dunia turun tajam pada akhir perdagangan Rabu, seiring dengan pelemahan pasar ekuitas serta menyusul laporan pemerintah AS yang menunjukkan ekspansi cadangan dan produksi minyak mentah.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April 2018 berakhir anjlok US$1,45 di US$61,15 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan mencapai sekitar 27% di atas rata-rata 100 hari.
Harga minyak Brent untuk pengiriman Mei 2018 juga ditutup anjlok US$1,45 di US$64,34 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Minyak acuan global ini diperdagangkan US$3,32 premium terhadap WTI pengiriman Mei.
Dilansir Bloomberg, pelemahan di pasar ekuitas berikut kekhawatiran bahwa rencana pemberlakuan tarif impor oleh Presiden AS Donald Trump akan memicu perang dagang telah menekan kekuatan minyak mentah.
Pada saat yang sama, Energy Information Administration (EIA) melaporkan jumlah persediaan minyak AS meningkat sebesar 2,41 juta barel pekan lalu, sedangkan tingkat produksi melonjak ke rekor tertinggi terbarunya.
“Ada kekhawatiran bahwa jika tarif diberlakukan dan kita memasuki perang dagang, maka akan menurunkan pertumbuhan global secara keseluruhan,” ujar Craig Bethune, manajer portofolio senior di Manulife Asset Management, seperti dikutip Bloomberg.
Sementara itu, Bloomberg Dollar Spot Index naik 0,2%.
“Jumlah kenaikan lebih kecil dari 5,66 juta barel yang telah dilaporkan API sebelumnya, yang mungkin sedikit menakutkan bagi pasar,” kata Nick Holmes, seorang analis di Tortoise, Leawood, Kansas.
“Namun, ada banyak ketidakpastian di pasar dengan tarif dan isu tentang NAFTA. Pasar tidak menyukai ketidakpastian, terutama hal-hal yang berpotensi menghambat pertumbuhan PDB dan permintaan minyak mentah secara keseluruhan,” tambah Holmes.
Seperti diketahui, harga batu bara bisa mengikuti gerak minyak mengingat dampaknya pada biaya produksi dan pengangkutan serta pengaruh terhadap sentimen secara keseluruhan dalam pasar energi.
Pergerakan harga batu bara kontrak Januari 2019 di bursa Rotterdam
Tanggal | US$/MT |
7 Maret | 81,50 (-0,37%) |
6 Maret | 81,80 (+0,25%) |
5 Maret | 81,60 (+1,12%) |
2 Maret | 80,70 (+0,37%) |
1 Maret | 80,40 (-1,47%) |
Sumber: Bloomberg