Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pembelian Baru Reksa Dana Melonjak, Ini Faktor Pendorongnya

Kenaikan net subscription reksa dana dalam 2 bulan pertama tahun ini ditopang oleh moncernya kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG). Meskipun belakangan fluktuatif, tren positif yang terjadi pada awal tahun turut mengerek net subscription reksa dana.

Bisnis.com, JAKARTA - Kenaikan net subscription reksa dana dalam 2 bulan pertama tahun ini ditopang oleh moncernya kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG). Meskipun belakangan fluktuatif, tren positif yang terjadi pada awal tahun turut mengerek net subscription reksa dana.

Chief Investment Officer PT Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana mengatakan dari sisi jenis produk, reksa dana saham dan reksa dana pasar uang paling banyak diminati oleh investor pada periode Januari-Februari tahun ini.

"Ada banyak perpindahan investor dari deposito ke reksa dana pasar uang. Ini disebabkan karena suku bunga deposito yang terus turun. Inilah yang menjadi salah satu faktor peningkatan net subscription," katanya kepada Bisnis.com, Selasa (6/3/2018).

Sejak akhir tahun lalu, pergerakan saham hampir seluruh sektor cukup positif. Tren ini berlanjut hingga awal tahun sehingga banyak investor yang masuk. Tak hanya itu, nasabah juga banyak yang berpindah dari reksa dana berbasis obligasi ke reksa dana saham.

Dia menambahkan, tren negatif pada pasar obligasi juga memaksa investor sedikit realistis yakni dengan memilih instrumen yang minim risiko seperti reksa dana pasar uang. "Risikonya minim untuk pasar uang yang banyak ditempatkan di deposito dan obligasi di bawah satu tahun," paparnya.

Head of Investment Infovesta Utama Wawan Hendrayana menambahkan, untuk tahun ini kinerja saham memang cukup memuaskan. Bahkan menurutnya imbal hasil atau return secara year to date tahun ini lebih tinggi dari pendapatan tetap.

Dari data yang dirilis Infovesta Utama, kinerja indeks reksa dana saham year to date per 2 Maret lalu tercatat mencapai 4,04%. Angka tersebut bahkan lebih tinggi dari indeks acuannya yakni IHSG yang hanya sebear 3,57%.

Adapun indeks reksa dana campuran tercatat sebesar 2,46%, indeks reksa dana pasar uang 0,69%, dan indeks reksa dana pendapatan tetap -0,33%. 

Di sisi lain, obligasi pada beberapa pekan terakhir juga kurang menggembirakan karena terkena sentimen negatif dari wacana kenaikan suku bunga Amerika Serikat. Selain itu investor asing juga banyak melakukan net sell dari surat utang negara (SUN) sehungga harga obligasi turun.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang diperoleh Bisnis, pembelian baru (subscription) reksa dana sepanjang Januari-Februari 2018 senilai Rp179 triliun. Secara detail, subscription pada Januari senilai Rp84,26 triliun dan Februari senilai Rp94,74 triliun, sedangkan pencairan (redemption) reksa dana pada Januari dan Februari masing-masing senilai Rp70,19 triliun dan Rp78,05 triliun. Dengan demikian, net subscription tercatat Rp30,75 triliun.

Nilai tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian pada Januari-Februari tahun lalu. Pada 2017, net subscription tercatat hanya senilai Rp14,7 triliun. Secara detail, pada Januari terjadi subscription senilai Rp28,81 triliun dan redemption senilai Rp16,83 triliun. Kemudian, pada Februari terdapat subscription senilai Rp26,97 triliun dan redemption Rp24,24 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Editor : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper