Bisnis.com, JAKARTA — PT Kimia Farma (Persero) Tbk. menargetkan pembukaan 60 gerai ritel farmasi di Arab Saudi menyusul selesainya proses akuisisi, Dwaa Ltd. Co., pada Maret 2018.
Direktur Utama Kimia Farma Honesti Basyir menjelaskan bahwa saat ini Dwaa memiliki 30 gerai ritel farmasi di Arab Saudi. Setelah emiten berkode saham KAEF itu merampungkan akuisisi, ditargetkan ada penambahan 60 gerai dalam rentang 2 tahun hingga 3 tahun mendatang.
Honesti mengatakan nilai invetasi yang digelontorkan perseroan senilai Rp130 miliar untuk akuisisi sudah termasuk ke dalam rencana penambahan 60 gerai di Arab Saudi. Artinya, KAEF tidak akan melakukan chip in untuk rencana ekspansi tersebut.
Dia menyebut rencana penambahan gerai sejalan dengan target pertumbuhan pendapatan yang dibidik perseroan sebesar 10% pada 2018. Pencapaian tersebut melebihi proyeksi pertumbuhan industri farmasi di dalam negeri.
“Pada 5 Maret 2018 tanda tangan dengan Dwaa. Jadi, kami targetkan punya 90 gerai di Arab Saudi pada 2-3 tahun mendatang,” ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis (1/3/2018).
Sebagai catatan, KAEF menggelontorkan dana Rp130 miliar dalam akuisisi 60% saham Dwaa. Perseroan Arab Saudi itu merupakan pemilik 30% jaringan ritel di negara tersebut.
Baca Juga
BIG DATA
Di sisi lain, Honesti mengatakan perseroan akan meluncurkan aplikasi digital terpadu pada Juni 2018. Pengembangan infrastruktur tersebut merupakan sinergi badan usaha milik negara (BUMN) bersama PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk.
Aplikasi tersebut akan menyediakan berbagai data mulai dari rekam medis pengguna, data ketersediaan obat di klinik dan apotik, hingga integrasi klinik. Dari situ, akan tercatat lalu lintas transaksi dan profil big data penjualan KAEF.
Dia menjelaskan bahwa tersebut menjadi bagian pengembangan digital perseroan serta memberikan pengalaman lebih kepada konsumen dalam berbelanja. Hal tersebut juga sejalan dengan rencana perseroan menambah 200 apotik pada 2018.
Kendati demikian, Honesti enggan membeberkan berapa nilai investasi yang dikeluarkan perusahaan untuk pembangunan infrastruktur digital tersebut. Pihaknya hanya menyebut investasi tersebut bersifat revenue sharing bersama Telkom Indonesia.
KAEF menyebut saat ini memiliki 11.000 ritel farmasi, 1.000 apotek, 450 klinik, dan 50 laboratorium diagnostik. Rencananya, perseroan bakal menambah 200 apotik pada 2018.
Berdasarkan prognosis laporan keuangan 2017 yang belum diaudit, perseroan membukukan laba bersih Rp331 miliar. Jumlah itu meningkat 21,69% dibandingkan dengan pencapaian pada 2016 senilai Rp272 miliar.
Pendapatan usaha KAEF juga tercatat naik secara year on year. Tercatat, pendapatan usaha naik dari Rp5,81 triliun pada 2016 menjadi Rp6,21 triliun pada 2017.