Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Khawatirkan Potensi Perang Dagang, Pasar Jepang Merosot

Indeks Topix Jepang mencatat penurunan terbesar barunya dalam tiga pekan pada akhir perdagangan hari ini, Jumat (2/3/2018), menyusul pelemahan bursa saham Amerika Serikat (AS) setelah Presiden Donald Trump mengumumkan rencana pengenaan tarif untuk impor baja dan aluminium.
Bursa Jepang/Reuters
Bursa Jepang/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Topix Jepang mencatat penurunan terbesar barunya dalam tiga pekan pada akhir perdagangan hari ini, Jumat (2/3/2018), menyusul pelemahan bursa saham Amerika Serikat (AS) setelah Presiden Donald Trump mengumumkan rencana pengenaan tarif untuk impor baja dan aluminium.

Indeks Topix hari ini dibuka dengan pelemahan 1,65% atau 28,74 poin di level 1.711,46 dan berakhir melorot 1,83% atau 31,86 poin di level 1.708,34. Dari 2.058 saham pada indeks Topix, 236 saham di antaranya menguat, 1.783 saham melemah, dan 39 saham stagnan.

Saham Toyota Motor Corp. dan SoftBank Group Corp. yang masing-masing anjlok 2,37% dan 3,55% menjadi penekan utama terhadap pelemahan Topix pada perdagangan hari ini.

Adapun indeks Nikkei 225 hari ini berakhir anjlok 2,50% atau 542,83 poin di level 21.181,64, setelah dibuka dengan pelemahan 1,77% atau 384,49 poin di posisi 21.339,98.

Sebanyak 3 saham menguat dan 222 saham melemah dari 225 saham pada indeks Nikkei. Saham Fast Retailing Co. Ltd. yang drop 2,61% menjadi penekan utama terhadap pelemahan Nikkei hari ini, diikuti SoftBank Group Corp. (-3,55%) dan FANUC Corp. (-2,24%).

Sementara itu, nilai tukar yen terpantau menguat 0,31% atau 0,33 poin ke posisi 105,91 per dolar AS pada pukul 14.28 WIB. Pagi tadi yen dibuka stagnan di posisi 106,24, setelah berakhir terapresiasi 0,41% di posisi 106,24 pada perdagangan Kamis (1/3).

Baik Topix dan Nikkei 225 telah melemah selama tiga hari berturut-turut. Indeks Topix membukukan penurunan mingguan pertamanya dalam tiga pekan, sedangkan indeks Nikkei 225 Stock Average menjadi indeks saham utama dengan performa terburuk di dunia tahun ini.

Dilansir Bloomberg, bursa saham Jepang lanjut melemah di tengah kekhawatiran pasar seputar potensi perang dagang, yang dipicu pengumuman rencana pengenaan tarif untuk impor baja dan aluminium oleh Trump pada Kamis (1/3).

Pada perdagangan kemarin, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup merosot 1,68% atau 420,22 poin di level 24.608,98, indeks S&P 500 melorot 1,33% atau 36,16 poin di 2.677,67, dan indeks Nasdaq Composite berakhir melemah 1,27% atau 92,45 poin di level 7.180,56.

Indeks yang mengukur pergerakan saham besi dan baja turun 2,9% ke level terendah sejak Juni 2017 dan ikut membukukan penurunan terbesar di antara penurunan seluruh 33 kelompok industri.

“Ada kekhawatiran seputar arah kebijakan AS dan sikap negara tersebut terhadap perdagangan, yang negatif bagi pasar saham Jepang,” kata Shusuke Yamada, kepala strategi valuta asing dan ekuitas Jepang di Bank of America Merrill Lynch.

Menurut Nobuhiko Kuramochi, kepala informasi investasi di Mizuho Securities Co., jika volume perdagangan menurun akibat meningkatnya proteksionisme secara global, hal ini akan menjadi masalah karena dapat mempengaruhi perekonomian dan sentimen investor.

Pelemahan bursa Jepang juga dipengaruhi apresiasi lebih lanjut nilai tukar yen terhadap dolar AS pada akhir sesi, setelah Gubernur Haruhiko Kuroda Bank of Japan menyatakan BOJ akan mempertimbangkan bagaimana cara untuk keluar dari program stimulus moneter masifnya sekitar tahun fiskal 2019.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper