Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kekhawatiran Rencana Tarif Impor AS Bikin Pasar Asia Lesu

Sejumlah indeks saham di Asia bergerak turun pada perdagangan pagi ini, Jumat (2/3/2018), mengekor pelemahan bursa Amerika Serikat (AS), di tengah kekhawatiran baru terhadap aset berisiko yang dipicu potensi perang dagang terhadap pertumbuhan ekonomi global.
bursa asia
bursa asia

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah indeks saham di Asia bergerak turun pada perdagangan pagi ini, Jumat (2/3/2018), mengekor pelemahan bursa Amerika Serikat (AS), di tengah kekhawatiran baru terhadap aset berisiko yang dipicu potensi efek perang dagang terhadap pertumbuhan ekonomi global.

Indeks Topix Jepang merosot 1,5% pada pukul 9.02 pagi waktu Tokyo (pukul 07.02 WIB), sedangkan indeks S&P/ASX 200 di Australia turun 0,5% dan indeks Kospi Korea Selatan melemah 1%.

Sementara itu, kontrak berjangka pada indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,4%. Di sisi lain, pergerakan indikator indeks S&P 500 dikabarkan naik 0,1%, setelah indeks acuan AS tersebut berakhir melorot sekitar 1,3% pada perdagangan Kamis (1/3).

Dilansir Bloomberg, sejumlah indeks saham di Asia melemah setelah bursa saham AS membukukan pelemahan pada hari ketiga berturut-turut.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup merosot 1,68% atau 420,22 poin di level 24.608,98, indeks S&P 500 melorot 1,33% atau 36,16 poin di 2.677,67, dan indeks Nasdaq Composite berakhir melemah 1,27% atau 92,45 poin di level 7.180,56.

Wall Street kali ini melemah setelah Presiden Donald Trump menyatakan Amerika Serikat (AS) akan mengenakan tarif yang tajam untuk impor baja dan aluminium. Hal ini meningkatkan kekhawatiran tentang harga yang lebih tinggi dan perang dagang.

Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker menyatakan Eropa akan menanggapi dengan tegas atas pengenaan tarif baru apapun.

“Kita memasuki periode turbulensi,” kata Sebastien Page, kepala alokasi aset di T. Rowe Price, kepada Bloomberg TV.

Pasar ekuitas global sebelumnya telah terbebani seiring dengan naiknya indeks Cboe Volatility sebesar 35% pekan ini setelah Gubernur baru The Federal Reserve Jerome Powell menyampaikan pernyataan yang membuka pintu spekulasi percepatan laju pengetatan moneter.

Investor mencemaskan hal ini akan dapat mengempaskan pemulihan pertumbuhan ekonomi. Dalam menyampaikan testimoni keduanya di depan Komite Perbankan Senat AS pada Kamis (1/3), Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell mencoba meredakan pernyataan pertama yang dia buat pada hari Selasa (27/2).

Di depan Senat, Powell menyebutkan langkah penaikan suku bunga secara bertahap dan mengatakan bahwa ekonomi tidak terlalu panas.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro