Bisnis.com, JAKARTA – Untuk dapat meningkatkan pendapatan dari jumlah penumpang, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. disarankan untuk menyasar rute-rute gemuk yang menjanjikan utilitas penumpang lebih dari 50%.
Managing Director Lembaga Managemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LMFE UI) Toto Pranoto mengungkapkan beberapa rute luar negeri Garuda Indonesia memiliki tingkat keterisian penumpang rendah, sehingga perlu dievaluasi.
“Misalnya sekarang Garuda Indonesia ada penerbangan yang long distance ke Uni Eropa tapi tingkat keterisiannya relatif di bawah 50%. Sebaiknya dipindahkan rute-rute tadi ke wilayah yang penumpangnya gemuk seperti Asia Timur, yang dari China, Korea Selatan, dan Jepang,” ungkap Toto di Jakarta, Senin (26/2/2018).
Toto menyampaikan saat ini turis asal China misalnya, membutuhkan lebih banyak penerbangan ke Indonesia, namun tidak seluruhnya dapat terangkut dengan penerbangan yang sudah tersedia saat ini. sedikitnya satu pertiga turis asing yang datang ke Indonesia berasal dari Negara Tembok Raksasa.
Selain itu, Toto mengatakan manajemen emiten penerbangan tersebut juga dapat melirik skema sharing penumpang, di mana maskapai tetap menjual tiket untuk long distance namun penerbangannya dikerjasamakan dengan maskapai lain.
“Misalnya yang terbang ke London atau Amsterdam. Garuda Indonesia bisa kerjasamakan dengan Turkish Airlines. Garuda membawa penumpang ke Istanbul, lalu oleh Turkish Airlines diangkut ke London atau Amsterdam,” ungkap Toto.
Baca Juga
Dengan menata rute sesuai potensi keterisian penumpangnya, GIAA diyakini akan dapat meraup lebih banyak pendapatan pada tahun ini.
Adapun, Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N. Mansury mengungkapkan pertumbuhan penumpang internasional maskapai tersebut sangat baik, dengan menyumbang hingga US$1,23 miliar pada pendapatan dari penumpang sepanjang 2017.
Angka tersebut mencapai 45% dari total pendapatan GIAA dari penumpang. Sebagai perbandingan, Garuda Indonesia membukukan pendapatan dari penumpang domestik sebesar US$1,47 miliar pada 2017.
“Meski pada kuartal IV/2017 terjadi penurunan jumlah penumpang sebesar 10,5% karena ada erupsi Gunung Agung, pertumbuhan penumpang internasional cukup baik,” ungkap Pahala. Adapun, pada tahun ini GIAA mengevaluasi beberapa rute internasional, dan memiliki rencana untuk penguatan rute ke China.