Bisnis.com, JAKARTA—Induk holding badan usaha milik negara tambang, PT Indonesia Asahan Alumunium (Persero), mengklaim siap mengikuti skema khusus pemerintah untuk harga batu bara yang dipasok ke pembangkit listrik tenaga uap.
Direktur Utama Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa anak usaha holding tambang, PT Bukit Asam Tbk., memang banyak membantu PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dalam memasok batu bara ke pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Akan tetapi, Bukit Asam menurutnya memiliki average cost price yang terbaik di industri tersebut.
Budi mengatakan stripping ratio atau perbandingan biaya penambangan bawah tanah dengan penambangan terbuka Bukit Asam berada di bawah 4. Saat ini, tidak banyak tambang batu bara yang memiliki stripping ratio di bawah 4.
“Jadi sebenarnya secara cost produksi kita termasuk paling murah sehingga kalau diminta cut margin kita lebih baik dibandingkan dengan perusahaan batu bara lain,” ujarnya di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Jakarta, Senin (19/2/2018) malam.
Dia menjelaskan bahwa skema harga khusus batu bara memang akan memengaruhi penjualan perseroan. Akan tetapi, pihaknya menyebut tiap tambang batu bara memiliki margin yang berbeda.
“Kalau Bukit Asam kita masih bisa kewajiban untuk bantu pemerintah dengan keuntungan kita yang masih sangat baik,” jelasnya.
Budi menambahkan tahun ini holding tambang menargetkan produksi batu bara berkisar antara 23 juta-24 juta ton. Jumlah tersebut merupakan hasil penambangan yang dilakukan oleh Bukit Asam.