Bisnis.com, JAKARTA—PT Pemeringkat Efek Indonesia kembali menurunkan peringkat surat utang PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. dari idBB+ menjadi idCCC sembari tetap mempertahankan predikat credit watch dengan implikasi negatif.
Martin Pandiangan, analis Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo, mengatakan bahwa Pefino telah memutuskan menurunkan peringkat emiten dengan kode saham AISA dan Obligsi I/2013 menjadi idCCC dari sebelumnya idBB+.
Pefindo juga menurunkan peringkat Sukuk Ijarah I/2013 dan Sukuk Ijarah II/2016 AISA menjadi idCCC(sy) dari idBB+(sy) .
“Penurunan peringkat-peringkat tersebut mencerminkan peningkatan risiko pembayaran Obligasi I/2013 senilai Rp600 miliar dan Sukuk Ijarah I/2013 senilai Rp300 miliar yang akan jatuh tempo pada tanggal 5 April 2018,” ungkap Martin melalui siaran pers, Rabu (7/2/2018).
Martin mengatakan, Pefindo memandang bahwa AISA memiliki likuiditas yang lemah dan tidak memiliki kapasitas untuk melunasi kewajiban keuangannya. Perusahaan juga berencana melaksanakan Rapat Umum Pemegang Obligasi tanggal 7 Maret 2018. Pefindo akan memantau hasil rapat tersebut.
Peringkat-peringkat ini juga mencerminkan likuiditas dan perlindungan arus kas perusahaan yang lemah, struktur permodalan perusahaan yang agresif, eksposur terhadap fluktuasi biaya bahan baku, dan persaingan yang ketat di industri.
Namun, peringkat diimbangi oleh produk-produk AISA yang terdiversifikasi dan posisi perusahaan yang relatif cukup baik di pasar makanan domestik.
“Obligor dengan peringkat idCCC saat ini rentan, dan tergantung pada kondisi bisnis dan keuangan yang menguntungkan untuk memenuhi komitmen keuangannya,” ungkapnya.
Peringkat ini diberikan untuk periode 6 Februri 2018 hingga 1 Mei 2018. Peringkat ini diberikan berdasarkan data dan informasi dari perusahaan serta Laporan Keuangan Tidak Diaudit per 30 September 2017 dan Laporan Keuangan Audit per 31 Desember 2016.
Peringkat perusahaan tetap ditempatkan pada Credit Watch dengan Implikasi Negatif untuk merefleksikan antisipasi terhadap adanya potensi penurunan peringkat trekati resiko pembayaran obligasi dan sukuk yang akan jatuh tempo.
Pefindo akan terus memantau secara ketat terhadap kesiapan perusahaan untuk membayar utang yang akan jatuh tempo.
“Peringkat obligasi dan sukuk yang akan jatuh tempo dapat diturunkan menjadi idD jika terdapt gagal bayar pokok pinjaman dan/atau bunga pada saat jatuh tempo,” ungkapnya.
AISA memiliki dua bisnis utama, yakni bisnis makanan (makanan dasar dan makanan konsumsi) dan beras. Fasiitas produksi beras dan makanan berlokasi di Jawa.
Per 30 September 2017, pemegang saham AISA yakni PT Tiga Pilar Corpora (26,10%), JP Morgan Chase Bank Non-Treaty Clients (9,33%), Trophy 2014 Investors Limited (9,09%), Morgan Stanley & Co. LLC-Client Account (6,52%), Maybank Kim Eng Securities (5,48%), Primanex Pte. Ltd. (5,38%), dan publik (38,09%).