Kabar24.com, JAKARTA — Nilai tukar yuan berhasil mencapai level terkuatnya sejak sebelum Pemerintah China memberlakukan devaluasi terhadap mata uangnya tersebut pada 2015.
Nilai tukar yuan onshore naik 0,3% menjadi 6,2620 per dolar AS pada Rabu (7/2/2018) pukul 05.10 pagi waktu setempat dan diterus menguat hingga akhir perdagangan dengan naik 0,38% ke level 6,2670 per dolar AS.
Adapun, kenaikan tersebut telah terjadi selama tiga hari berturut-turut. Mata uang China tersebut mencapai level terkuatnya sejak 11 Agustus 2015.
Kenaikan pada hari ini terjadi setelah Bank Sentral China (PBOC) menetapkan suku bunga acuan harian 75 basis poin lebih rendah dari perkiraan pasar. Adapun PBOC telah memangkas suku bunga acuan hariannya lebih dari 40 basis poin dalam sepekan terakhir. Kebijakan PBOC tersebut belum pernah terjadi sejak Oktober 2017.
“Kondisi ini tentu saja memberikan tekanan kepada para pembuat kebijakan di China, di mana kuatnya mata uang akan memengaruhi ekspor-impor negara tersebut,” kata Ken Cheung, Ahli Strategi Mata Uang di Hong Kong Mizuho Bank Ltd, seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (7/2/2018).
Adapun, arus modal masuk ke pasar obligasi China dan kepercayaan atas ekonomi negara tersebut telah membantu mendorong yuan naik 3,9% terhadap dolar AS sepanjang tahun ini. Hal itu menjadikan yaun sebagai mata uang berkinerja terbaik Asia.
Kendati demikian, PBOC mengatakan bahwa pihaknya akan membiarkan kekuatan pasar memainkan peran lebih besar dalam nilai tukar yuan. Namun otoritas moneter Negeri Panda tersebut menjanjikan, masih akan menjaga nilai tukar dan pergerakan yuan berada pada tingkat yang wajar.