Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit/ crude palm oil (CPO) turun lebih dari 1% pada perdagangan semalam lantaran ringgit yang lebih kuat mendorong penghentian kenaikan tiga sesi berturut—turut.
Tercatat, harga CPO kontrak teraktif April 2018 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 1,1% menjadi 2.493 ringgit (US$641,86) per ton pada penutupan perdagangan Kamis (25/1/2018).
Sementara itu, ringgit, mata uang perdagangan minyak sawit naik 0,7% menjadi 3,8840 per dolar AS. Sejak awal tahun, ringgit memang telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sementara ringgit yang lebih kuat dapat membuat minyak sawit lebih mahal bagi pemegang mata uang asing, sehingga mempengaruhi faktor permintaan.
“Harga CPO melemah karena ringgit diapresiasi dengan tajam pada malam ini,” ungkap seorang pedagang yang berbasis di Kuala Lumpur, dilansir dari Malaysia Palm Oil Couoncil (MPOC) yang mengutip Reuters.
Ringgit menguat setelah bank sentrak Malaysia menaikkan suku bunga utama untuk pertama kalinya dalam tiga tahun dengan 25 basis poin menjadi 3,25%. Langkah tersebut diambil karena terjadi inflasi yang merayap naik di tengah pertumbuhan ekonomi yang kuat.
Sementara itu, menurut data Intertek Testing Services pada Kamis, ekspor produk CPO dari Malaysia turun 7% pada periode 1—25 Januari seiring dengan penguatan ringgit.
Adapun Societe Generale de Surveillance melaporkan penurunan ekspor CPO 6,8% pada periode yang sama.