Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

4 Saham Jadi Penghuni Baru Indeks LQ45, Ini Kata Analis

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan daftar indeks saham likuid (LQ45) untuk periode Februari 2018-Juli 2018. Terdapat empat emiten yang keluar dan masuk dalam indeks tersebut.
Karyawan berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (23/1)./JIBI-Abdullah Azzam
Karyawan berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (23/1)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan daftar indeks saham likuid (LQ45) untuk periode Februari 2018-Juli 2018. Terdapat empat emiten yang keluar dan masuk dalam indeks tersebut.

Saham yang keluar adalah PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), PT PP Properti Tbk (PPRO), dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).

Adapun saham yang masuk yakni PT Indika Energy Tb (INDY), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), PT Trada Alam Minerla Tbk (TRAM), dan PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP).

Head of Research Koneksi Kapital Indonesia Alfred Nainggolan mengatakan, dipilihnya empat emiten baru itu disebabkan  besarnya transaksi harian yang berhasil ditorehkan. Kata dia, likuiditas menjadi faktor utama.

"Memang itu saham yang masuk memiliki likuiditas yang tinggi sekali, terutama INDY dan WSBP. WSBP bahkan likuiditasnya sekitar Rp40 miliar per hari, dan AALI hanya Rp19 miliar-Rp20 miliar. Padahal kapitalisasi AALI lebih besar," kata dia saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (25/1/2018).

Dia menambahkan, saham dengan likuiditas tinggi akan memancing animo pasar untuk bertransaksi sehingga memunculkan sentimen positif. INDY misalnya, karena membaiknya harga komoditas akhirnya berdampak positif dan mampu membalikkan kinerja fundamental perseroan.

Selain faktor eksternal, faktor internal yakni berupa aksi korporasi juga akan berdampak pada agresivitas saham emitan. Alfred mencontohkan TRAM, yang memiliki rapor merah dari sisi keuangan namun tetap positif karena aksi koroporasi yang dilakukan mempengaruhi pasar.

"Aksi korporasi sangat mempengaruhi. Tapi yang utama tetap fundamental perseroan," ujarnya.

Sementara itu, Head of Research OSO Sekuritas Riska Afriani menilai, aksi korporasi menjadi penyebab utama saham perusahaan aktif diperdagangkan sehingga berhasil menembus indeks LQ45.

Dia mencontohkan INDY yang pada akhir tahun lalu mengakuisisi PT Kideco Jaya Agung (Kideco) dari Samtan Co., Ltd. (Samtan) dan PT Muji Inti Utama (Muji). Perseroan menuntaskan transaksi pembelian tambahan 45% saham Kideco sehingga resmi menjadi pemegang saham mayoritas di Kideco dengan total kepemilikan 91% saham.

"Harga batu bara naik itu saja sudah memunculkan sentimen positif. Ini INDY melakukan aksi korporasi yang bagus. Masyarakat tahu Kideco sebagai perusahaan terbesar ketiga di sektornya," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Editor : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper