Bisnis.com, JAKARTA - Kendati melemah akibat data American Petroleum Institute (API) yang menunjukkan tingkat produksi minyak shale AS naik, harga minyak mentah dunia dinilai masih didukung oleh pasar, sehingga berpotensi kembali menguat.
Terpantau, pada perdagangan Rabu (24/1/2018) pukul 12.32 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) melemah 0,03 poin atau 0,05% menjadi US$64,44 per barel di New York Merchantile Exchange.
Adapun harga minyak Brent turun 0,14 poin atau 0,20% menuju US$69,82 per barel di ICE Futures Europe Exchange yang berbasis di London.
Dilansir dari Reuters, para pedagang mengatakan bahwa harga minyak tidak mungkin turun lebih jauh karena pasar tetap didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang sehat, seiring dengan pembatasan pasokan yang dipimpin oleh OPEC dan Rusia.
Sebagai tanda terakhir dari pertumbuhan ekonomi global yang kuat ialah aktivitas manufaktur Jepang yang berkembang pada laju tercepat dalam hampir empat tahun.
Pertumbuhan ekonomi itu diterjemahkan ke dalam pertumbuhan permintaan minyak yang sehat, yang datang pada saat OPEC dan Rusia memimpin penurunan produksi yang bertujuan untuk memperketat pasar dan menopang harga.
Kesepakatan untuk memangkas produksi telah dimulai sejak Januari tahun lalu dan saat ini diperkirakan berlangsung hingga 2018.
Kepala Perdagangan untuk Asia Pasifik di pialang berjangka Oanda di Singapura Stephen Innes mengatakan harga minyak diprediksi segera naik lagi karena perkiraan ekonomi yang luar biasa bersamaan dengan kepatuhan dari OPEC dan sekutunya untuk memangkas produksi.
"Hal itu memberi dukungan yang meyakinkan bagi harga minyak, " " kata Innes.
Sebelumnya, pada perdagangan pagi hari ini, harga mengalami tekanan karena laporan API yang menunjukkan peningkatan persediaan minyak mentah dan bensin AS.
Berdasarkan data API, persediaan minyak mentah AS telah naik 4,8 juta barel menjadi 416,2 juta dalam pekan yang berakhir pada 19 Januari 2018 setelah sembilan pekan dilaporkan turun. Adapun stok bensin naik 4,1juta barel, sementara penjualan minyak mentah turun 420.000 barel per hari (bph).