Bisnis.com, JAKARTA--Emiten properti, PT PP Properti Tbk. optimistis mampu mengantongi laba bersih senilai Rp440 miliar, atau tumbuh 21% sepanjang tahun ini.
Taufik Hidayat, Direktur Utama PP Properti, mengatakan aktivitas belanja modal selama 2017 turut mendorong pencapaian target pendapatan usaha hingga mencapai angka sekitar Rp2,7 triliun atau naik 26% dari pencapaian 2016 sebesar Rp2,1 triliun.
“Kami optimistis memperoleh laba bersih sekitar Rp 440 miliar pada 2017, tumbuh 21% dari tahun sebelumnya," tulis Taufik dalam keterangan resmi yang dikutip Rabu (20/12).
Pada 2016, laba bersih PP Properti tercatat sebesar Rp274,91 miliar.
Dorongan terhadap laba perseroan juga berasal dari marketing sales yang ditargetkan tumbuh 21% secara tahunan menjadi Rp3 triliun pada 2017. Kontribusi terbesar atas pencapaian pemasaran pada 2017, antara lain proyek Grand Kamala Lagoon sebesar 24%, Grand Shamaya Surabaya 18%, Alton Semarang 11%, Evenciio Depok 10%, Begawan Malang 9%, serta kontribusi dari beberapa proyek real estat dan komersial lainnya.
Selain itu, PPRO telah melaksanakan ground breaking lima proyek apartemen pada tahun ini, yakni berlokasi di Bekasi, Bandung, Surabaya, dan Malang. Pemasaran dari proyek-proyek yang ground breaking telah mencapai minimal 60%.
Emiten berkode saham PPRO ini yakin dapat mencapai target marketing sales seiring strategi memacu penjualan dengan menggandeng perbankan, seperti Bank Mandiri dan Bank Tabungan Negara.
Sementara itu, PPRO mengalokasikan belanja modal sebesar Rp1,8 triliun pada 2018. Nilai tersebut susut dibandingkan dengan alokasi pada tahun ini yang mencapai Rp3,5 triliun.
Taufik menuturkan perseroan menjaga kesehatan keuangan perseroan dengan mengalokasikan belanja modal yang rendah pada tahun depan.
Menurutnya, perseroan sudah memperbesar landbank menjadi 300 hektare yang didanai lewat rights issue pada awal 2017.
"Pada tahun depan, kami akan fokus pada pengendalian utang untuk memastikan neraca keuangan yang tetap solid ke depannya. Salah satunya dengan menganggarkan belanja modal yang rendah pada 2018 senilai Rp1,8 triliun."
Anak usaha PT PP (Persero) Tbk. ini berencana menggunakan sebagian besar belanja modal untuk membayar cicilan landbank. Dengan demikian, perseroan tidak akan melakukan tambahan utang untuk membeli landbank pada 2018.
"Kami akan menjadikan 2018 menjadi tahun harvesting, yakni fokus pada pembangunan dan pengembangan lahan. Hal itu dilakukan PPRO untuk meningkatkan kinerja perseroan," pungkasnya.
Sepanjang tahun berjalan, harga saham PPRO terkoreksi 44,71% ke posisi Rp188 per saham pada akhir perdagangan Selasa (19/12).