Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Dow Jones Industrial berhasil mencatatkan rekor baru pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), sedangkan pelemahan saham Facebook menahan pergerakan indeks S&P 500 dan Nasdaq saat investor mencermati rencana pemangkasan pajak yang telah diungkapkan kubu Republik.
Indeks Dow Jones Industrial Average berakhir menguat 0,35% atau 81,25 poin di level 23.516,26. Adapun indeks S&P 500 naik hanya 0,02% atau 0,49 poin di 2.579,85 dan indeks Nasdaq Composite ditutup turun tipis 0,02% atau 1,59 poin di level 6.714,94.
Rancangan Undang-Undang (RUU) pajak yang diusung partai Republik di parlemen mencakup pemangkasan tarif pajak perusahaan menjadi 20% dari 35% namun juga mengakhiri tax break tertentu untuk perusahaan maupun perorangan.
Saat banyak pengamat pasar telah menunjuk pada pemangkasan pajak perusahaan sebagai dorongan lebih lanjut terhadap pergerakan ekuitas, investor mengatakan bahwa RUU tersebut hanyalah sebuah titik awal dengan kecenderungan negosiasi yang signifikan di masa mendatang.
“Pasar masih melihat banyak ketidakpastian di luar sana. Sulit untuk menarik terlalu banyak kesimpulan pada saat ini dari bagaimana sebenarnya RUU itu akan berakhir,” ujar William Delwiche, pakar strategi investasi di Baird, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (3/11/2017).
Penguatan saham Boeing dan 3M membantu mendorong Dow Jones. Dalam perdagangan after hour, saham Apple menguat setelah proyeksi pendapatan produsen iPhone tersebut untuk kuartal periode liburan melampaui ekspektasi pasar.
Adapun saham Facebook turun 2% saat investor mengabaikan laporan kuartalan yang kuat dan mengkhawatirkan belanja perusahaan media sosial ini. Penurunan saham Facebook menjadi penekan terbesar terhadap S&P 500 dan Nasdaq.
Saham Tesla Inc. turun 6,8% setelah produsen mobil tersebut mendorong kembali target produksinya untuk sedan Model 3 dan melaporkan kerugian kuartalan terbesar yang pernah ada.
Sementara itu, Trump secara resmi telah menunjuk anggota Dewan Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell untuk memimpin bank sentral AS itu saat masa jabatan Gubernur Janet Yellen berakhir pada Februari 2018. Penunjukan ini telah diantisipasi secara luas.
Powell diketahui mendukung arah kebijakan moneter Yellen dan dinilai memiliki pandangan yang relatif dovish terhadap suku bunga.
“Saya pikir dia [Powell] adalah pilihan dovish, yang mungkin memberi tingkat kenyamanan yang lebih besar kepada investor di Wall Street,” kata Chuck Carlson, CEO Horizon Investment Services.