Bisnis.com, JAKARTA—Rendahnya kupon Obligasi Ritel Indonesia tahun ini atau ORI014 seolah menunjukkan kurangnya dorongan pemerintah terhadap investasi investor ritel di surat berharga negara (SBN), tetapi justru lebih memihak investor institusi. Benarkan begitu?
Obligasi Ritel Indonesia tahun 2017 atau ORI014 yang diterbitkan dengan kupon 5,85% hanya mendulang pemesanan Rp8,98 triliun, turun drastis dibandingkan ORI013 tahun lalu dengan kupon 6,6% yang mencapai Rp19,85 triliun.
Banyak pihak menilai kupon yang rendah menjadi penyebab utama dari rendahnya pemesanan investor terhadap ORI014. Pemerintah dinilai tak adil bagi ritel, mengingat kupon maupun yield dari surat utang negara (SUN) atau sukuk yang hanya bisa dibeli oleh investor institusi justru jauh lebih tinggi.
Direktur Strategi dan Portofolio Utang DJPPR Kementerian Keuangan Schneider Siahaan mengatakan anggapan tersebut tidak benar. Menurutnya, ORI selain berfungsi sebagai salah satu sumber pembiayaan defisit APBN, juga menjadi alternatif investasi bagi masyarakat, khususnya investor ritel.
Selain itu, penerbitan ORI merupakan salah satu strategi pemerintah untuk melakukan pendalaman pasar SBN, dengan memanfaatkan potensi besarnya jumlah penduduk Indonesia.
“Jadi bisa dilihat bahwa jumlah penduduk Indonesia yang besar merupakan salah satu hal yang nyata sehingga tidak mungkin pemerintah cenderung memihak institusi. Dengan potensi jumlah investor ritel domestik yang besar ini, saat ini pemerintah tengah mengembangkan SBN ritel yang dapat dibeli secara online, sehingga dapat menjangkau lebih banyak investor dan lebih efisien,” katanya pada Bisnis melalui surat elektronik, Selasa (25/10/2017).
Menurutnya, bukti keberpihakan pemerintah terlihat dari tujuan diterbitkannya ORI, yakni memperluas basis investor di dalam negeri dan sebagai alternatif instrumen investasi bagi investor ritel.
Penerbitan ORI juga ditujukan untuk mendukung stabilitas pasar keuangan domestik, mendukung terwujudnya masyarakat yang berorientasi pada investasi jangka menengah dan panjang, dan mewujudkan cita-cita kemandirian dalam pembiayaan pembangunan.
Menurutnya, jika dikatakan bahwa ORI 014 lebih rendah yield-nya daripada deposito sebenarnya kurang tepat untuk diperbandingkan, karena ORI merupakan instrumen investasi yang berbasis pasar (dapat diperdagangkan di pasar modal), sedangkan deposito merupakan instrumen pasar uang yang tidak diperdagangkan.
Oleh karenanya, penentuan kupon ORI didasarkan pada yield SUN yang bersesuaian jatuh temponya (3 tahun) yang mana terexpose oleh kondisi pasar keuangan.
Kecenderungan penurunan suku bunga pasar keuangan dalam negeri saat ini sedikit banyak juga mempengaruhi menurunnya suku bunga ORI. Penurunan suku bunga ini menjadi momentum juga bagi pemerintah untuk menjalankan strategi guna menurunkan biaya utang.
“Yield ORI dibuat semakin kompetitif dengan harapan masyarakat yang sudah semakin pintar dalam berinvestasi dapat memilih instrumen yang sesuai preferensi nya dengan mempertimbangkan risk dan return,” katanya.
“Saat ini sebagian besar investor manjalankan strategi wait and see atas perkembangan ketidakpastian geopolitik dunia dan kemungkinan naiknya Fed fund rate, sehingga bidding investor atas ORI 014 menjadi cukup rendah,” tutupnya.