Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Kongres Partai & Rilis PDB, Pasar China Kembali Loyo

Pergerakan sejumlah indeks saham acuan China kembali berakhir di zona merah pada perdagangan hari kedua berturut-turut, Selasa (17/10/2017), saat investor menantikan data ekonomi terbaru dan kongres partai utama pekan ini.
Partai Komunis China/Istimewa
Partai Komunis China/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan sejumlah indeks saham acuan China kembali berakhir di zona merah pada perdagangan hari kedua berturut-turut, Selasa (17/10/2017), saat investor menantikan data ekonomi terbaru dan kongres partai utama pekan ini.

Indeks CSI300 di Shenzhen yang berisi saham-saham bluechip berakhir turun tipis 0,01% atau 0,38 poin di level 3.913,07, setelah dibuka dengan pelemahan 0,07% atau 2,66 poin di posisi 3.910,79.

Adapun indeks Shanghai Composite ditutup melemah 0,19% atau 6,43 poin di level 3.372,04, setelah dibuka turun 0,15% atau 5,24 poin di posisi 3.373,23.

Dilansir Reuters, pihak otoritas China sangat antusias untuk melihat stabilitas di pasar keuangan menjelang kongres partai yang akan dimulai Rabu pekan ini (18/10).

Dalam kongres penting yang hanya digelar dua kali dalam satu dekade ini, Presiden Xi Jinping diperkirakan akan memaparkan prakarsa kebijakan baru serta lebih lanjut mengkonsolidasikan kekuasaannya untuk masa jabatan lima tahun kedua.

Sementara itu, bank sentral China dikabarkan menyuntikkan 190 miliar yuan (US$28,73 miliar) ke pasar antarbank. Langkah ini tampaknya bertujuan untuk mengurangi kekhawatiran likuiditas setelah imbal hasil obligasi 10 tahun China naik di atas 3,7% pada Senin (16/10) ke level tertingginya tahun ini.

Pasar juga menantikan data produk domestik bruto (PDB) kuartal ketiga yang akan dirilis pada hari Kamis (19/10) serta akan mencermati tanda-tanda perlambatan yang diperkirakan akan terjadi setelah semester pertama yang kuat.

Berdasarkan para ekonom dalam survei Reuters, pertumbuhan ekonomi diperkirakan melambat menjadi 6,8% pada kuartal ketiga dari 6,9% pada kuartal sebelumnya, akibat tindakan keras pemerintah terhadap risiko utang dan spekulasi di pasar perumahan.

”Para investor pada indeks saham acuan China sebaiknya tetap seimbang antara saham-saham siklis dan defensif,” saran pakar strategi dari UBS Gao Ting, merujuk prospek suku bunga yang tinggi serta pemangkasan dalam produksi industri yang diamanatkan pemerintah sebagai risiko bagi pertumbuhan.

Pemerintah Beijing telah memulai kampanyenya untuk terus mengurangi polusi udara selama musim dingin, dengan memerintahkan pabrik di wilayah utara untuk mengurangi produksi atau ditutup.

Tanda kemungkinan lain bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi dapat memudar adalah belanja pemerintah di China yang meningkat pada laju paling lambat dalam 11 bulan pada bulan September.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper