Bisnis.com, JAKARTA—Emiten properti PT PP Properti Tbk. hingga akhir kuartal ketiga tahun ini telah merealisasikan marketing sales 85% dari target Rp2,9 triliun.
Taufik Hidayat, Direktur Utama PP Properti, mengatakan kinerja penjualan perseroan sepanjang tahun ini cukup baik dan secara umum sesuai harapan. Kendati secara umum pasar properti masih menghadapi tekanan, emiten dengan kode saham PPRO ini mampu memenangkan persaingan.
“Kuartal ketiga marketing sales kami sekitar Rp2,4 triliun sampai Rp2,5 triliun, angka pastinya sedang difinalisasi. Target akhir tahun ini Rp2,9 triliun, jadi tinggal sedikit lagi,” katanya, Selasa (10/10/2017).
Taufik mengatakan, dengan realisasi tersebut, tidak sulit bagi perseroan untuk mencapai target tahun ini Rp2,9 triliun, bahkan sedikit melampaui.
Perseroan masih akan meluncurkan sejumlah proyek baru di sisa tahun ini yang akan turut berkontribusi terhadap total marketing sales.
Beberapa proyek yang akan mulai dipasarkan pada kuartal terakhir tahun ini yakni apartemen di Jatinangor-Bandung dan apartemen di Wiyung-Surabaya. Kedua proyek ini akan mulai dipasarkan kendati kemungkinan baru akan mulai dibangun awal tahun depan.
Baca Juga
“Kita finalisasi desain dulu karena masih urus perizinan juga, tetapi peluncuran produknya sudah bisa mulai di kuartal keempat ini untuk mendukung target marketing sales tahun ini,” katanya.
Selain dua proyek baru itu, PPRO juga akan melanjutkan Tower 2 di Amartha View dan Tower 2 & 3 The Alton Apartment di Semarang. Perseroan juga akan melakukan soft launching Lagoon Avenue Bekasi.
Selain meluncurkan proyek properti baru, PPRO juga akan memulai pembangunan hotel baru di Lombok, NTB, pada kuartal keempat ini. Semula, manajemen PPRO berharap groundbreaking proyek senilai Rp200 miliar itu bisa direalisasikan bulan lalu tetapi terkendala perizinan.
Sinurlinda Gustina, Direktur Komersial PPRO, mengatakan seluruh proses persiapan fisik untuk dimulainya proyek sudah selesai. Namun, pemerintah setempat masih memproses izin amdal bagi pendirian hotel itu.
“Kami kira kemarin bisa cepat izinnya, ternyata butuh dua bulan. Tapi kami tetap minta agar tetap tahun ini dibangun, jangan sampai ditunda ke tahun depan karena kami tidak tahu, bisa jadi investasinya berubah,” katanya.
Proyek tersebut semula diestimasi menelan investasi Rp160 miliar, tetapi belakangan meningkat menjadi Rp200 miliar karena perseroan memutuskan menambah convention center dan area komersial. Konsep hotel terpadu seperti itu diusung untuk mendukung kebutuhan pemerintah setempat guna mendorong Lombok menjadi destinasi meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE).
Di sisi lain, pada akhir tahun ini juga perseroan akan membangun gedung bioskop senilai kurang lebih Rp10 miliar di proyek Kaza City, Surabaya. PPRO sebelumnya telah mulai membangun hotel 180 kamar di proyek itu. Kaza City terdiri atas mal, pusat perdagangan, dan pasar modern.
“Kita hanya membangun fisik bangunannya, sehingga investasinya kecil. Sedangkan equipment bioskopnya semua dari mitra pemain bioskop lokal di sana,” katanya.