Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Stabil, Outlook Nikel Netral

Harga nikel diproyeksikan bergerak di area konsolidasi US$10.000--US$11.000 per ton pada kuartal IV/2017 seiring risiko menyusutnya pasokan dari Filipina dan stabilnya permintaan dari industri baja di China dan India.
Nikel/Istimewa
Nikel/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA--Harga nikel diproyeksikan bergerak di area konsolidasi US$10.000--US$11.000 per ton pada kuartal IV/2017 seiring risiko menyusutnya pasokan dari Filipina dan stabilnya permintaan dari industri baja di China dan India.

Pada penutupan perdagangan Jumat (6/10) di London Metal Exchange (LME), harga nikel naik 65 poin atau 0,62% menuju US$10.600 per ton. Sepanjang tahun berjalan, harga nikel menguat 5,7% dibandingkan dengan level harga pada akhir 2016.

Analis Central Capital Futures Wahyu T. Laksono mengatakan dukungan terhadap harga nikel berasal dari kekhawatiran tentang pasokan bijih nikel dari Filipina.

Risiko susutnya pasokan bijih nikel dari Filipina terjadi seiring rencana pemerintah menutup sejumlah tambang yang merusak lingkungan. Namun, pelaku pasar pesimistis Presiden Filipina Rodrigo Duterte akan menerapkan kebijakan tersebut.

Pada tahun ini, BMI Research memperkirakan pasokan nikel dari Filipina turun menjadi 450.000 ton dan melesat menjadi 503.000 ton pada 2021. Adapun, produksi nikel global diestimasi mencapai 1,93 juta ton pada 2017.

“Di sisa tahun ini, konsolidasi sangat mungkin terjadi. Outlook untuk nikel cenderung netral,” kata Wahyu kepada Bisnis.com, baru-baru ini.

Selain itu, stabilnya permintaan nikel untuk bahan baku pabrik baja dan stainless steel China turut menopang harga logam industri ini. Bergulirnya megaproyek kontruksi China juga dinilai berpotensi menekan kelebihan persediaan (overstock) nikel di pasar global.

“Permintaan nikel akan semakin kuat. Kemungkinan booming nikel yang akan terjadi pada periode 2018—2020 didorong oleh permintaan industri baja dan stainless steel dari China dan India,” paparnya.

Dalam jangka panjang, lanjutnya, harga nikel berpeluang menguat. Pasalnya, permintaan nikel untuk memproduksi baterai kendaraan listrik (electric vehicles/EVs) akan meningkat signifikan mulai 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper