Bisnis.com, JAKARTA – Ketegangan diplomatik antara Amerika Serikat dan Turki tidak menjadi risiko yang mengkhawatirkan terhadap pergerakan mata uang negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Pada perdagangan Senin (9/10), dolar AS naik 0,0876 poin atau menguat 2,42% ke level 3.6147 per lira Turki. Namun, pada perdagangan Selasa (10/10) pukul 16:16 WIB, mata uang greenback terkoreksi 0,0135 atau -0,36% ke level 3,6888 per lira Turki.
Vice President Market Research FXTM Jameel Ahmad mengatakan menguatnya dolar AS dipicu oleh ketegangan politik antara AS dan Turki.
"Ini bukan risiko yang mengkhawatirkan bagi emerging markets dan bukan menjadi risiko bagi rupiah Indonesia," tulisnya dalam riset, Selasa (10/10).
Ahmad menuturkan tidak terjadi pukulan terhadap nilai tukar emerging market. Investor juga dinilai melihat tensi politik AS-Turki sebagai masalah diplomatik antara kedua negara.
Terkait mata uang rupiah, Ahmad menuturkan risiko datang dari keputusan The Fed dalam Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu (11/10) malam.
"Apabila FOMC mengindikasikan kembali dinaikkannya Fed Rate pada akhir 2017, menjadi sentimen menguatnya dolar dan berpotensi menekan rupiah," ucapnya.
Pada perdagangan di pasar spot pada Selasa (10/10) pukul 16:55 WIB, dolar AS turun 6 poin atau 0,04% ke level Rp13.512. Sepanjang tahun berjalan, dolar AS menguat 0,25%.
Mata Uang: Emerging Market Tak Terpengaruh Ketegangan AS-Turki
Ketegangan diplomatik antara Amerika Serikat dan Turki tidak menjadi risiko yang mengkhawatirkan terhadap pergerakan mata uang negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Eva Rianti
Editor : Ana Noviani
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
4 jam yang lalu
POJK 17/2024 Terbit, Kegiatan Usaha Bulion Emas Resmi Diatur OJK
14 jam yang lalu