Bisnis.com, JAKARTA -- Kino mencatatkan penurunan volume penjualan mencapai 27% pada semester I/2017 dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang dipengaruhi oleh penyusutan permintaan segmen beverages karena daya beli masyarakat belum stabil.
Harry Sanusi, Presiden Direktur PT Kino Indonesia Tbk. (Kino), menyampaikan pada paruh pertama lalu penjualan perusahaannya menurun diakibatkan permintaan segmen beverages (minuman) berkurang paling drastis hingga menyentuh dua digit dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. Penurunan produk minuman tersebut memberikan efek yang besar dikarenakan segmenminuman menjadi salah satu penyumbang terbanyak penjualan Kino.
"Musim hujan yang panjang pada awal tahun menyebabkan konsumen enggan untuk membeli produk minuman. Selain itu penurunan daya beli masyarakat menjadi faktor terkuat yang menyebabkan penurunan penjualan," kata Harry ketika dihubungi oleh Bisnis, Jumat (4/8/2017).
Kino mencatat kontribusi setiap segmen kepada penjualan total perusahaan, yakni personal care mencapai 50%, beverages 35%, food & confectionaries 14%, serta pharmaceutical 1%. Segmen pharmaceutical dimaklumi oleh Kino jika kontribusinya masih menjadi yang terkecil dikarenakan divisi tersebut terhitung baru dibentuk.
Menurutnya, penurunan tren penjualan dari berbagai produk minuman dalam kemasan ikut mempengaruhi segmen food & confectionaries yang didominasi sebanyak 80% oleh minuman berjenis serbuk. "Penurunan daya beli masyarakat mengakibatkan konsumen lebih memilih produk minuman yang lebih murah dibandingkan dengan membeli barang dagangan dari kami," ungkapnya.
Harry mengungkapkan segmen personal care yang menjadi penyumbang terbanyak penjualan Kino ikut menyusut pada semester ini. Walau tercatat ada pertumbuhan pada segmen tersebut namun tidak memberikan kontribusi yang signifikan.
Baca Juga
Segmen personal care untuk produk seperti perawatan kecantikan perempuan tercatat mengalami penurunan penjualan sekitar double digit. Namun untuk poduk guna kebutuhan bayi dari segmen tersebut ada sedikit pertumbuhan.
"Pada enam bulan pertama tahun ini produk personal care tidak menyumbang banyak penjualan seperti tahun-tahun sebelumnya," imbuhnya.
Sementara itu, Harry menilai, pada momen bulan puasa dan Lebaran yang jatuh pada Semester I/2017 lalu tidak memberikan dampak yang besar pada penjualan Kino. Penjualan Kino pada kedua momen tersebut tidak mengalami pertumbuhan sejak 2016.