Bisnis.com, JAKARTA – Semakin lebarnya defisit pasokan palladium pada tahun ini diperkirakan mendorong harga komoditas tersebut dalam waktu dekat. Padahal sepanjang tahun ini, harga palladium telah merangsek naik 30%.
Pada akhir pekan lalu, harga palladium naik 7,9% menjadi US$928,36 per ounce dan menjadi yang tertinggi sejak 16 tahun terakhir. Palladium biasanya digunakan untuk mengurangi emisi yang berbahaya dari kendaraan berbahan bakar bensin.
Komoditas tersebut rally seiring dengan minimnya pasokan dalam 6 tahun terakhir. Bahkan, saat ini harganya semahal platinum, di mana ini pertama kalinya sejak 2001.
"Fundamental di palladium adalah yang terbaik diantara komoditas lainnya. Ini bisa dengan mudah menyalip platinum dalam waktu dekat.” kata Rene Hochreiter, analis dari Noah Capital Markets Pty Ltd., seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (12/6/2017).
Kepala ekonom komoditas Capital Economics Ltd Caroline Bain menilai produksi palladium belum mampu memenuhi permintaan sejak 2012. Permintaan palladium meningkat sebagian karena bertumbuhnya penjualan mobil dan batasan emisi yang sangat ketat.
“Sementara persediaan [stockpile] mungkin akan membantu memasok permintaan konsumen dalam beberapa tahun terakhir. Tetapi pasokan tersebut kini mungkin kehabisan,” katanya.
Sementara, pada pasar berjangka menunjukkan sinyal pedagang bergegas untuk membeli logam tersebut. Palladium untuk pengiriman Juni di New York telah menjadi jauh lebih mahal daripada kontrak Maret 2018 dalam beberapa pekan terakhir. Hal tersebut mungkin menunjukkan adanya kekhawatiran tentang pasokan jangka dekat.
"Tampaknya ada kekurangan serius dari fisik yang tersedia untuk kontrak spot," kata Brad Yates, Head of Trading untuk refiner emas Elemetal AS.