Bisnis.com, JAKARTA--Konflik diplomatik dan politik antara Qatar dan tujuh negara aliansi Arab Saudi tidak mengubah prospek bearish terhadap harga minyak. Pasalnya, pasar masih dibayangi oleh masalah surplus suplai.
Pada perdagangan Rabu (7/6/2017) pukul 12.10 WIB, harga minyak WTI kontrak Juli 2017 turun 0,05 poin atau 0,10% menuju US$48,14 per barel. Sementara minyak Brent kontrak Agustus 2017 melesu 0,05 poin atau 0,10% menjadi US$50,07 per barel.
Research Analyst FXTM Lukman Otunuga menyampaikan harga minyak yang terus lesu menandakan masalah surplus suplai di pasar minyak mengganggu ketertarikan investor. Pemutusan hubungan diplomatik aliansi Saudi dengan Qatar tidak mengubah prospek pasar minyak yang sangat bearish.
"Masalah over suplai masih berkelanjutan dan upaya OPEC untuk memulihkan kestabilan pasar berulang kali dijegal oleh produksi minyak mentah AS. Karena itu, minyak mentah WTI tetap rentan menghadapi risiko penurunan," papar Lukman dalam riset, Rabu (7/6/2017).
Menurut Lukman, timbul kecurigaan keputusan aliansi Saudi untuk memutus hubungan dengan Qatar dapat memicu diskusi apakah Qatar akan mematuhi kuota produksinya. Potensi Qatar untuk melanggar kuota produksi ini dapat menjadi alasan bagi anggota OPEC lainnya untuk juga melanggar kesepakatan.
Sentimen tersebut tentunya memperbesar tekanan terhadap pasar minyak, setelah proyeksi produksinya naik untuk pertama kalinya selama 2017 pada bulan lalu.
Baca Juga
Dari sudut pandang teknikal, harga minyak mentah WTI sangat bearish di rentang waktu harian. Breakdown di bawah US$47 per barel dapat menyebabkan penurunan lebih lanjut menuju $46 per barel.