Bisnis.com, JAKARTA--Harga bijih besi diprediksi masih tertekan di area wajar US$60 per ton dalam waktu dekat seiring bertumbuhnya persediaan di pelabuhan China.
Pada perdagangan Rabu (7/6/2017) pukul 10.30 WIB, harga bijih besi kadar 62% di bursa Dalian kontrak September 2017 meningkat 0,12% atau 0,5 poin menjadi 432,5 yuan per ton. Namun dalam dolar AS, harga terkoreksi 0,1% menuju US$63,67 per ton.
Sepanjang tahun berjalan harga melemah 15,03%. Tahun lalu, harga bijh besi melonjak 84,18% year on year (yoy) menjadi 652 yuan (US$93,95) per ton.
Lonjakan harga pada 2016 terjadi karena dukungan stimulus pemeirintah China terhadap produksi baja yang menaikkan sisi konsumsi.
Negeri Panda menyerap sepertiga suplai bijih besi global dan memasok sekitar 50% baja di dunia, sehingga kinerjanya sangat berpengaruh terhadap pasar komoditas tersebut.
CEO Fortescue Metals Nev Power menyampaikan dalam jangka pendek harga bijih besi tertekan oleh tingginya stok di pelabuhan China. Oleh karena itu, harga diprediksi kembali ke posisi US$60 per ton.
Baca Juga
"Tidak ada yang terkejut jika bijih besi kembali ke US$60 per ton. Jika harga kembali melonjak ke US$95 per ton, itu menjadi luar biasa," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (7/6/2017).
Dalam jangka panjang pasar mempertimbangkan reformasi suplai China yang juga mencakup pengurangan produksi baja. Sentimen ini membuat konsumsi bijih besi sebagai salah satu bahan baku berkurang.
Pasar bijih besi turut terimbas guncangan dari konflik diplomatik antara aliansi Arab Saudi dan Qatar. Menurut Power segala risiko politik mancanegara memberikan imbas negatif terhadap perdangan global.