Bisnis.com, JAKARTA--Kendati proyeksi permintaan meningkat sepanjang momentum bulan Ramadan, harga minyak kelapa sawit atau CPO berpeluang tertekan pada Juni 2017 akibat sejumlah faktor. Namun, harga masih berpeluang menguat menuju 2.600-2.700 ringgit per ton.
Pada perdagangan Rabu (31/5/2017) pukul 11:30 WIB, harga CPO kontrak Agustus 2017 di bursa Malaysia naik 5 poin menuju 2.509 ringgit per ton. Sebelumnya harga melemah dalam tiga sesi berturut-turut.
Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan harga CPO tertekan oleh proyeksi pemulihan produksi dari dua negara produsen utama, yakni Indonesia dan Malaysia pada paruh kedua 2017.
Pada tahun ini, produksi CPO Indonesia diperkirakan naik 12,69% year on year (yoy) menjadi 35,5 juta ton. Sementara suplai baru dari Malaysia diprediksi bertumbuh 10,17% yoy menjadi 19,5 juta ton dari 17,7 juta ton pada 2016.
Sebelumnya, produksi CPO kedua negara yang menyumbang lebih dari 80% suplai global merosot pada 2016 akibat hambatan cuaca. Data Malaysian Palm Oil Board menunjukkan volume produksi merosot 13,24% yoy menuju 17,32 juta ton dari sebelumnya 19,96 juta ton.
Sementara data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyebutkan total produksi minyak sawit pada 2016 turun 3% yoy menjadi 34,5 juta ton, yang masing-masing disokong oleh CPO sejumlah 31,5 juta ton dan palm kernel oil (PKO) sebesar 3 juta ton. Pada 2015 jumlah pasokan mencapai 35,5 juta ton.
"Ada kemungkinan investor melakukan aksi antisipasti terhadap kemungkinan bertumbuhnya produksi CPO pada semester II/2017," tuturnya kepada Bisnis.com, Selasa (30/5/2017).
Pasar CPO juga mendapatkan sentimen negatif dari rencana pemerintah Indonesia yang memperpanjang moratorium konsesi kelapa sawit. Moratorium pembukaan hutan dan lahan gambut untuk usaha perkebunan berakhir pada 13 Mei 2017, tetapi rencananya diperpanjang hingga dua tahun ke depan.
Sementara sentimen positif yang menopang harga ialah proyeksi bertumbuhnya ekspor dari Indonesia dan Malaysia. Ekspor CPO dari tanah air, termasuk biodiesel dan oleochemical, selama kuartal I/2017 meningkat 23,5% yoy menjadi 8,02 juta ton.
GAPKI memprediksi ekspor CPO masih akan meningkat 8% dari kuartal sebelumnya seiring dengan pertumbuhan konsumsi saat Ramadan. Adapun berdasarkan data Intertek Testing Service, ekspor minyak sawit Malaysia pada 1 Mei-20 Mei 2017 meningkat 20% mom menjadi 846.705 ton dari sebelumnya 705.372 ton
Deddy menyampaikan banyaknya sentimen yang memengaruhi CPO membuat harga kerap naik atau turun lebih dari 1% dalam sehari perdagangan. Dia memprediksi harga CPO pada akhir Juni 2017 akan berada di level 2.600-2.700 ringgit per ton.
Analis Monex Investindo Futures Faisyal menyampaikan pasar tentunya menantikan data-data yang menunjukkan volume suplai dan permintaan. Namun, dengan estimasi sisi konsumsi hanya mengalami peningkatan signifikan selama momen Ramadan, harga CPO cenderung merosot ke depan.
Apalagi sisi suplai diperkirakan bakal mengalami pemulihan pada paruh kedua tahun ayam api. Oleh karena itu, Faisyal memprediksi harga CPO sampai akhir Juni 2017 cenderung melemah dengan rentang 2.400-2.700 ringgit per ton.
"Sampai akhir Juni, satu-satunya faktor yang menopang harga ialah permintaan saat Ramadan. Bila tidak cukup mengangkat harga, maka harga cenderung melemah sampai bulan depan," paparnya.