Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Faktor Yellen dan Risiko Geopolitik Dorong Yen, Indeks Nikkei 225 & Topix Berakhir Negatif

Pergerakan bursa saham Jepang berakhir terkoreksi pada perdagangan hari ini, Selasa (11/4/2017), akibat tertekan oleh penguatan yen menyusul komentar Gubernur Federal Reserve Janet Yellen tentang kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).
Seorang karyawan di Tokyo Stock Exchange (TSE). /Reuters
Seorang karyawan di Tokyo Stock Exchange (TSE). /Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan bursa saham Jepang berakhir terkoreksi pada perdagangan hari ini, Selasa (11/4/2017), akibat tertekan oleh penguatan yen menyusul komentar Gubernur Federal Reserve Janet Yellen tentang kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).

Indeks Topix hari ini dibuka dengan pelemahan 0,49% atau 7,35 poin di level 1.492,30 dan ditutup turun 0,30% atau 4,55 poin ke 1.495,10.

Dari 1.996 saham pada indeks Topix, 499 saham di antaranya menguat, 1.372 saham melemah, dan 125 saham stagnan.

Indeks Nikkei 225 turut berakhir turun 0,27% atau 50,01 poin ke level 18.747,87, setelah dibuka dengan pelemahan 0,43% atau 80,33 poin di 18.717,55.

Sebanyak 67 saham menguat, 150 saham melemah, dan 8 saham stagnan dari 225 saham pada indeks Nikkei.

Saham FANUC Corp. yang merosot 1,28% menjadi penekan utama terhadap laju negatif Nikkei, diikuti oleh Tokyo Electron Ltd. yang melemah 1,77%, Daikin Industries Ltd. yang turun signifikan 1,34%, dan Dentsu Inc. yang melorot 1,45%.

Sementara itu, nilai tukar yen siang ini terpantau menguat 0,32% atau 0,36 poin ke 110,58 per dolar AS pada pukul 13.49 WIB, setelah kemarin ditutup dengan rebound 0,14% di posisi 110,94.

Dilansir Bloomberg, tertekannya performa eksportir dan bank menyeret indeks Topix lebih rendah, di saat mata uang yen menguat untuk hari kedua dan imbal hasil obligasi turun.

Gubernur Federal Reserve Janet Yellen mengatakan tugas bank sentral AS tersebut telah bergeser dari pemulihan ekonomi pascakrisis menuju upaya mempertahankan kemajuan ekonomi.

“Sikap kebijakan sekarang lebih cenderung ke posisi netral,” ujar Yellen.

Permintaan bagi yen sebagai aset safe haven juga meningkat setelah juru bicara Gedung Putih Sean Spicer memperingatkan Suriah untuk menghentikan penggunaan bom terhadap warga sipil.

“Tampaknya sulit bagi yen untuk melemah secara signifikan dari titik ini, melihat sikap Yellen untuk kenaikan suku bunga dengan laju lambat. Sikap kewaspadaan seputar risiko geopolitik menyusul serangan AS ke Suriah juga belum hilang,” ujar Hiroyasu Iida, kepala pusat riset investasi di Aizawa Securities.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper