Bisnis.com, JAKARTA- Harga logam kompak mengalami penguatan seiring dengan tiga faktor yang menopang.
Pada penutupan perdagangan Jumat (17/3/2017), harga logam dasar kompak menghijau. Peningkatan harian dipimpin komoditas timbal sebesar 2,1% menuju level US$2.290 per ton. Seng menyusul kenaikan sejumlah 1,87% menjadi US$2.882 per ton.
Ibrahim, Direktur Utama PT Garuda Berjangka, menyampaikan harga komoditas logam setidaknya ditopang oleh tiga faktor. Pertama, penerimaan pasar terhadap kenaikan suku bunga The Fed.
Setelah keputusan Federal Reserve menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Rabu (15/3), indeks dolar AS cenderung melemah sehingga mendukung permintaan terhadap komoditas berdenominasi greenback. Pasar juga melihat pengerekan Fed Fund Rate (FFR) memang diperlukan untuk mendukung pendanaan mega proyek Presiden Trump.
Kedua, kebijakan China mengurangi 50% aktivitas penambangan. Reformasi suplai yang diusung Negeri Panda bertujuan memulihkan harga komoditas dan mendongkrak pendapatan perusahaan tambang.
Peningkatan pemasukan perusahaan akan berefek kepada pemulihan utang ke perbankan dan penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, China akan memacu pasar ekspor hasil olahan logam, terutama di sektor otomotif seperti motor, mobil, kereta, kapal, dan pesawat.
Faktor ketiga, masih adanya gangguan pasokan dari sejumlah tambang di Cile, Indonesia, dan Filipina turut menopang harga logam.
"Dalam jangka panjang harga logam kemungkinan masih akan mengalami penguatan, terutama karena peningkatan pembangunan infrastruktur di China dan AS," tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (20/3/2017).
Adapun dalam waktu dekat, Ibrahim menyampaikan, industri pengolahan di China diperkirakan bakal memacu operasional saat cuaca kembali hangat. Artinya, periode kerja kembali normal setelah musim dingin berakhir pada penghujung Maret 2017.
Tabel Harga Logam (US$ per ton)
Logam 17/3 Harian(%) Ytd (%)
Aluminium 1.914 0,74 13,05
Tembaga 5.935 0,44 7,22
Seng 2.882 1,87 11,88
Nikel 10.260 0,39 2,4
Timbal 2.290 2,1 13,56
Timah 20.290 0,96 -3,95
Sumber: Bloomberg