Bisnis.com, JAKARTA--Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) mengungkapkan OPEC sudah merealisasikan 90% kesepakatan pemotongan produksinya menjadi 32,1 juta barel per hari (bph) pada Januari 2017.
Sebelumnya pada rapat 30 November 2016, anggota OPEC sepakat untuk memangkas produksi sebesar 1,2 juta bph menjadi 32,5 juta bph mulai awal 2017.
Selanjutnya pada 10 Desember 2016, sejumlah negara produsen minyak mentah lainnya setuju menurunkan suplai baru sejumlah 558.000 bph. Artinya, mulai tahun ayam api, pasar minyak mentah akan mengalami selisih pasokan minyak baru hampir 1,8 juta bph.
Realisasi kesepakatan pemangkasan produksi ini direncanakan berlangsung pada paruh pertama 2017.
"Pengamatan pasar minyak bulan ini memfokuskan kepada tingkat kepatuhan antara OPEC dan negara non anggota, diikuti proyeksi pemulihan produksi dari AS," papar laporan yang dirilis Jumat (10/2/2017) waktu setempat.
Badan energi yang bermarkas di Paris, Perancis ini menyampaikan, rendahnya tingkat produksi OPEC terutama ditopang oleh penurunan penambangan dari Arab Saudi. OPEC tampaknya sudah membuat awalan yang solid dalam proses kesepakatan yang berlangsung selama enam bulan ini.
Sementara itu, Rusia terlihat baru memangkas sekitar 100.000 bph, dari yang dia janjikan sebesar 300.000 bph. Adapun Oman sebagai perwakilan non-OPEC lainnya sudah memotong produksi sebanyak 45.000 bph.
Namun demikian, negara yang tidak termasuk dalam perjanjian dalam meningkatkan produksi, seperti Brasil, Kanada, dan AS. Pertumbuhan produksi mereka diperkirakan mencapai 750.000 bph pada 2017.
Dari sisi permintaan, IEA memprediksi tetap ada pertumbuhan pada 2017, sehingga jumlah konsumsi akan melebihi suplai sampai semester pertama. Pertumbuhan penyerapan pada 2016 mencapai 1,6 juta bph, sedangkan tahun ini sebesar 1,4 juta bph.
"Kunci pertumbuhan terjadi pada kuartal IV/2016 karena cuaca dingin yang meningkatkan permintaan, di samping penyerapan jangka panjang dari China, India, dan negara-negara non OECD," paparnya.
Dengan asumsi OPEC melakukan pemangkasan produksi seperti pada tingkat Januari 2017, maka pasar global akan mengalami defisit sekitar 600.000 bph.
Sayangnya, keberadaan tingkat persediaan yang masih tinggi, ditambah sikap hati-hati pasar dalam menilai penurunan produksi, membuat harga bertahan di kisaran US$50 per barel sejak Desember 2016. Pasar minyak saat ini dalam mode wait and see, karena ada kemungkinan tingginya harga memicu penambahan produksi.
Senada dengan IEA, Berdasarkan survei S&P Global Platts, pada Januari 2017, 10 negara anggota OPEC sudah merealisasikan 91% kesepakatan pemangkasan produksi atau setara dengan 1,14 juta bph menjadi 32,89 juta bph. Ini memberikan sentimen positif terhadap harga.
Pada perdagangan Sabtu (11/2/2017) pukul 00:50 WIB atau 12:40 waktu setempat, harga minyak WTI kontrak Maret 2017 berada di posisi US$54,04 per barel, naik 1,04 poin atau 1,96%.