Bisnis.com, JAKARTA—Emiten transportasi PT Blue Bird Tbk. menargetkan pertumbuhan pendapatan tahun ini dapat kembali bangkit setidaknya mencapai 10% setelah melewati periode yang sulit sepanjang 2016.
Michael Tene, Head of Investor Relations Blue Bird mengatakan, sepanjang tahun ini, emiten berkode saham BIRD tersebut akan menghadirkan berbagai terobosan untuk memacu kinerja. Pekan lalu, BIRD telah memulai langkah trobosan dengan menggandeng layanan transportasi berbasis aplikasi PT Go-Jek Indonesia.
Melalui surat ke Bursa Efek Indonesia pada Rabu (1/2), Direktur Utama BIRD Purnomo Prawiro mengumumkan realisasi kerjasama yang sudah direncakan sejak tahun lalu itu.
Melalui kerjasama itu, masyarakat yang memesan mobil melalui layanan Go-Car di aplikasi Go-Jek bisa dijemput baik oleh mobil anggota Go-Car maupun taksi Blue Bird dengan tarif sama dan tetap seperti yang diatur dalam aplikasi Go-Jek.
Michael tidak menyangkal, beratnya kinerja BIRD tahun lalu disebabkan selain karena faktor ekonomi yang masih belum stabil, juga karena persaingan dengan layanan transportasi online.
Oleh karena itu, selain merealisasikan kerjasama dengan Go-Jek, BIRD sendiri akan memperkuat layanan berbasis online-nya dengan mengembangkan sejumlah fitur dan layan baru dalam aplikasi My Blue Bird.
“Ada beberapa fitur yang akan kita launch tahun ini. Saya tidak bisa disclose dulu apa saja fiturnya, tetapi nanti aka terbagi sesuai lini bisnis yang ada, yakni taxi, rental car dan bus,” katanya melalui sambungan telepon, dikutip Minggu (5/2/2017).
Sepanjang tahun ini, BIRD belum akan menambah armada baru di Jakarta, kecuali di kota-kota lain yang memiliki tingkat permintaan tinggi seperti Bali dan Lombok. Oleh karena itu, sejauh ini BIRD belum memiliki rencana aksi korporasi untuk peningkatan modal usaha sebab kas masih memadai untuk itu.
Michael mengatakan, kinerja perekonomian yang diproyeksikan akan lebih baik di tahun ini memberi harapan pertumbuhan usaha yang lebih tinggi bagi BIRD. Selain itu, pemerintah juga sudah menerbitkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 32/2016 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek.
Beleid tersebut menjamin persaingan yang lebih sehat sebab akan ada kontrol terhadap populasi kendaran umum tidak dalam trayek, termasuk kendaraan pribadi yang bermitra dengan layanan aplikasi transportasi.
“Melihat potensinya, kira-kira bisa sekitar 10% pertumbuhan revenue tahun ini,” katanya.
Terkait kinerja hingga akhir 2016, Michael mengakui BIRD masih harus menerima realisasi pendapatan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2015, BIRD masih mencatat pertumbuhan pendapatan bersih 15% dibandingkan 2014, senilai Rp5,47 triliun. Sementara itu, laba bersih tumbuh 12,56% senilai Rp826,1 miliar.
Tahun lalu, BIRD sempat menurunkan tarif pada kuartal kedua, meskipun segera dikoreksi pada pertengahan tahun. Selain itu, demo yang sempat dilakukan oleh para sopir taksi memprotes layanan transportasi online juga turut menekan kinerja perusahaan.
“Net profit kita di 2016 sudah pasti akan turun. Laba masih ada, artinya tidak rugi, tetapi turun dibandingkan 2015,” katanya.
Pada kuartal ketiga 2016, BIRD mencatatkan pendapatan Rp3,65 triliun, turun 9,67% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/YoY). Laba bersih yang dapat diatribusikan pada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp360,8 miliar, anjlok 42,3% YoY.
Sepanjang 2016, BIRD tercatat sebagai salah satu emiten yang mengalami penurunan harga saham paling tajam mencapai 58%, dari Rp7.000 menjadi Rp2.900.