Bisnis.com, JAKARTA— Sepanjang Januari 2017, imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia turun hingga 32,3 basis poin atau menjadi negara dengan penurunan yield terbesar kedua di regional.
Berdasarkan data Asian Bond Online yang dikutip, Kamis (2/2/2017), terlihat yield obligasi pemerintah Indonesia per 31 Januari 2017 sebesar 7,65% atau paling tingi di Asia. Meski demikian, yield obligasi pemerintah Indonesia sudah turun hingga 32,3 basis poin sepanjang 2017.
Selain Indonesia, yield obligasi pemerintah Filipina juga turun paling banyak, bahkan hingga 32,8 basis poin ke level 4,30%. Kemudian, obligasi pemerintah Singapura sudah turun 17,4 basis poin ke 2,30%.
Sementara itu, mengekor Indonesia, obligasi Vietnam ada di posisi kedua dengan yield paling tinggi di 6,35%. Adapun, obligasi pemerintah AS atau US Treasury tercatat 2,45%.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, Cholis Baidowi, Chief Investment Offi cer Syailendra Capital, menuturkan pasar obligasi bergerak positif pada awal tahun akibat nilai tukar rupiah yang relatif stabil. Selain itu, pengaturan supply-demand Surat Berharga Negara oleh pemerintah melalui Peraturan OJK No.1/2016 yang masih berlanjut pada tahun ini ikut menjaga level imbal hasil obligasi pemerintah.
“Volatilitas pasar akan lebih tinggi pada semester I/2017 menyusul ketidakpastian internal dan eksternal. Portofolio obligasi sebaiknya lebih defensif dengan durasi 0,5 tahun di bawah benchmark,” kata Cholis, Selasa (31/1).
Cholis menambahkan penurunan yield membuat tingkat harga obligasi di pasar meningkat sehingga kinerja reksa dana pendapatan tetap relatif lebih baik dibandingkan dengan jenis reksa dana saham maupun reksa dana campuran.
Yield per 31 Januari 2017
Obligasi Pemerintah | Yield (%) |
China | 3,365 |
Hong Kong | 1,952 |
Indonesia | 7,650 |
Jepang | 0,087 |
Korea | 2,155 |
Malaysia | 4,148 |
Filipina | 4,300 |
Singapura | 2,301 |
Thailand | 2,723 |
US | 2,453 |
Vietnam | 6,350 |
Sumber: Asian Bond Online