Bisnis.com, JAKARTA— Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi ruang penguatan rupiah terbuka pada perdagangan Senin (30/1/2017) didorong sentiment perlambatan ekonomi AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta memaparkan imbal hasil obligasi AS atau US Treasury mulai turun setelah naik terus sejak pelantikan Trump hingga keluarnya kebijakan-kebijakan proteksinya.
Penurunan yield US Treasury dibarengi dengan indeks dolar AS yang enggan menguat. Revisi data pertumbuhan AS kuartal IV/2016 yang anjlok ke level terendah semenjak 2011 menjadi penyebab utama. Hal itu juga menekan ekspektasi kenaikan FFR target pada FOMC meeting yang dijadwalkan minggu ini.
Namun demikian, dolar bisa terjaga dari pelemahan drastis melihat potensi dampak negatif dari pemangkasan prospek utang Tiongkok oleh S&P.
Sementara itu, rupiah yang melemah di penutupan minggu lalu berpeluang kembali menguat dengan sentimen perlambatan ekonomi AS yang muncul. “Akan tetapi penguatan bisa tertahan merespon inflasi Januari 2017 yang diperkirakan naik,” katanya dalam riset.
Naiknya inflasi diperkirakan terbatas dan belum memicu kenaikan BI RR rate apalagi BI memandang FFR target baru akan naik pada pertengahan 2017.
Pasca inflasi, fokus akan perlahan tertuju pada pertumbuhan PDB kuartal IV/2016 yang dijadwalkan rilis pada minggu pertama Februari 2017.