Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Produksi Diragukan, Pemangkasan Produksi Minyak Bisa Terganjal

Kesepakatan negara eksportir minyak untuk memangkas produksi dinilai sejumlah kalangan bakal menemui ganjalan, terutama dari ketidakcocokan produksi masing-masing anggota.

Bisnis.com, JAKARTA -- Kesepakatan negara eksportir minyak untuk memangkas produksi dinilai sejumlah kalangan bakal menemui ganjalan, terutama dari ketidakcocokan produksi masing-masing anggota. 

Alih-alih bisa menurunkan harga minyak -yang dipicu pasokan berlebih-, janji eksportir untuk memangkas harga minyak menemui hambatan yang pelik, yakni ketidaksergaman data, mulai dari produksi, jumlah tanker pengangkut, hingga tempat penyimpanan. 

Tidak seperti di Amerika Serikat di mana produksi minyak dipublikasikan setiap minggu, negara anggota Organization of Petroleum Exporting Countrires perlu waktu berbulan-bulan untuk membuka data produksinya. 

Di luar itu, data yang ditampilkan anggota OPEC bisa berlawanan dengan survei independen. Bebarapa negara juga telah diketahui berbuat curang dalam beberapa kesempatan.

"Perbedaan data akan menjadi masalah utama dalam melacak pemangkasan [produksi minyak," ujar Michael Cohen, Kepala Riset Komoditas Barclays Plc seperti dilansir dari Bloomberg, Sabtu (7/1/2017).

Untuk diketahui, harga minyak Brent yang menjadi acuan global telah melonjak 23% sejak 29 November, sehari sebelum anggota OPEC bermufakat untuk menurunkan produksi. Harga minyak Brent juga naik 21 sen menjadi US$57,10 per barel pada Jumat (6/1/2017), level tertinggi sejak Juli 2015.

Indikator pertama untuk mengetahui realisasi dari janji penurunan produksi akan dimulai bulan depan ketika sejumlah media seperti Bloomberg, Reuters, dan Platts menerbitkan survei produksi. Estimasi dari sejumlah lembaga seperti  International Energy Agency (IEA) dan U.S. Energy Information Administration (EIA) akan menyusul satu atau dua minggu kemudian. 

Lejla Villar, analis di EIA mengatakan lembaganya punya estimasi sendiri disamping mempertimbangkan data resmi yang dirilis anggota OPEC. "Kami memperhatikan muatan minyak, perkiraan konsumsi domestik dan operasional kilang, tangki, dan apapun yang relevan," jelasnya.

Untuk diketahui, OPEc tidak akan merilis publikasi mereka hingga pertengahan Februari 2017. OPEC akan merilis dua set data, satu digunakan untuk memantau perjanjian yang dikompilasi dari survei independen ; satu lainnya berupa data yang dikirim langsung oleh anggota. 

Data tersebut menurut Bloomberg bisa sangat berbeda. Pada November, OPEC melansir perubahan produksi bulanan mencapai 150.000 barel per hari sedangkan survei Bloomberg mencatat angka 175.000 barel per hari. Bahkan, data perubahan produksi yang dilansir IEA mencapai 300.000 barel per hari.

Damian Kennaby, Direktur IHS Markit Ltd-yang datanya digunakan sebagai salah satu referensi oleh OPEC mengatakan akan sulit untuk meyakini seberapa banyak produksi yang dipangkas dengan perubaha yang terjadi di lapangan. "Data produksi terkini sangat sedikit," tukasnya.

Guna memberikan kejelasan, OPEC dan mitra yang ikut dalam pemangkasan produksi bakal membentuk komite monitoring. Komite ini bakal menggelar rapat perdana pada 21 Januari 2017 di Wina. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rivki Maulana
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper