Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BURSA CHINA 13 DESEMBER: Tertekan Potensi FFR, Indeks Shanghai Melemah Lagi

Indeks Shanghai Composite melemah 0,71% atau 22,31 poin ke level 3.130,66 pada pukul 09.22 WIB, setelah dibuka turun 0,44% atau 13,98 poin di posisi 3.138,99.
Aktivitas di Bursa Efek Shanghai/Reuters
Aktivitas di Bursa Efek Shanghai/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham China memperpanjang pelemahan terbesarnya dalam enam bulan pada perdagangan pagi ini, Selasa (13/12/2016), meski sejumlah data ekonomi yang baru saja dirilis menunjukkan bertahannya momentum stabilitas.

Indeks Shanghai Composite melemah 0,71% atau 22,31 poin ke level 3.130,66 pada pukul 09.22 WIB, setelah dibuka turun 0,44% atau 13,98 poin di posisi 3.138,99.

Dari 1.202 saham yang terdaftar pada indeks Shanghai Composite, 334 di antaranya menguat, 757 melemah, sedangkan 111 saham bergerak stagnan.

Saham Bank of China Ltd. yang drop 1,92% menjadi penekan utama terhadap pelemahan indeks Shanghai pagi ini.

Sementara itu, saham Agricultural Bank of China Ltd. melorot 1,53%, China State Construction Engineering Corp. Ltd. anjlok 4,68%, dan Industrial & Commercial Bank of China Ltd. melemah 1,08%.

Pada saat yang sama, pergerakan indeks CSI 300 di Shenzen yang berisi saham-saham bluechip turut melemah 0,70% atau 23,92 poin ke level 3.385,26.

Sebelumnya indeks CSI dibuka turun 0,44% atau 14,97 poin di level 3.394,21.

Seperti dilansir Bloomberg hari ini, rilis sejumlah data ekonomi untuk November menunjukkan bertahannya stabilitas ekonomi China, sehingga memberi lebih banyak ruang bagi para pembuat kebijakan untuk mengalihkan fokus dari stimulus serta terhadap pembatasan risiko finansial.

Pada November, tingkat produksi industri menanjak 6,2% dibandingkan dengan setahun sebelumnya. Penjualan ritel naik 10,8%, sementara investasi aset tetap naik 8,3% sepanjang sebelas bulan pertama tahun ini.   

Para Analis sendiri memiliki sejumlah alasan terhadap penjualan yang terjadi bersamaan pada saham, obligasi, dan mata uang China pada perdagangan kemarin, mulai dari pertanyaan Presiden terpilih AS Donald Trump atas kebijakan lama China, kekhawatiran akan jatuhnya harga properti, hingga tekanan menjelang potensi kenaikan suku bunga AS (Fed Fudns Rate/FFR) pekan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper